JPN Part 1: Welcome to Japan!

by - 12:15 AM


14 Oktober 2014, 2:53 AM
Urayasu, Prefektur Chiba

Malam sudah sangat larut. Di salah satu kamar, saya sedang asyik ngobrol dengan teman-teman yang sebagian baru saya kenal dari program JENESYS 2.0. Kami terpaksa menghabiskan hari terakhir di hotel, karena waktu itu di wilayah Jepang sedang ada badai. Sebelumnya ada peringatan dari pihak panitia kalau kami tidak boleh pergi kemana-mana. Dari dalam kamar saya bisa melihat betapa kencangnya angin menyapu pohon sembari hujan mengiringi. Jadilah kami ngobrol segala macam sambil ngemil, sampai ada yang curhat.

Jam segitu masih belum istirahat. Padahal saya harus bangun jam 6 pagi, bersiap menuju bandara Narita. Tapi waktu itu saya berdalih kalau saya masih pengen nikmatin malam terakhir berada di sini. Di Jepang...



7 Oktober 2014
Bandara Internasional Tokyo Narita, Prefektur Chiba

Walaupun hanya duduk, tujuh jam perjalanan Jakarta-Tokyo dengan pesawat tanpa transit cukup membuat saya lelah. Ada beberapa faktor yang bikin saya nggak bisa tidur di pesawat. Pesawat yang kami tumpangi oke banget fasilitasnya; JAL. Nah pas lihat berapa harga tiket pesawat JAL economy class bikin jiper. Perginya doang bisa nyentuh 11 juta Rupiah. Saya cuma bisa nyengir lihat kenyataannya plus bersyukur banget-banget-banget. Alhamdulillah segala akomodasi diurus pihak penyelenggara acara...

Hahaha nggak ngaruh dan nggak nyambung juga sih sebenernya sama nggak bisa tidur. Sebenarnya saya sempet melihat hujan dan petir menyambar di tengah perjalanan. Mana waktu itu saya lihat di layar TV mini untuk penumpang, pesawat lagi di atas laut sebelah utara Filipina. Ya amit-amit juga sih sampai ada hal yang nggak diinginkan. Jadilah saya makin was-was, nggak bisa tidur; kepengen cepet nyampe.

Begitu menginjakkan kaki pertama kalinya di Narita, cuaca ternyata cerah banget. Tapi saya masih tertegun. Kepikiran ini beneran kejadian atau saya mungkin lagi mimpi di kostan.

"Ini serius gua ada di Jepang???"

Masih nggak percaya, tapi seneng banget. Bisa dibilang capek duduk sama capek di jalannya ngilang gitu aja.

Setelah ngurus kedatangan di bagian imigrasi, saya beserta rombongan JENESYS 2.0 dari Jakarta ngumpul untuk briefing. Di sini kami dibagi ke dalam empat kelompok besar. Saya tergabung di grup C. Kebetulan di grup ini saya barengan sama Pepen dan Imam, teman satu kampus. Beres urus segala macam, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju hotel...


Kami semua menginap di Hotel Tokyo Emion Bay, Prefektur Chiba. Intinya sih di hari pertama ini, kami diberi waktu bebas untuk istirahat lalu sorenya menghadiri orientasi seluruh peserta JENESYS 2.0. Nggak hanya dari Indonesia, ada beberapa negara ASEAN yang juga jadi peserta. Orientasi ini membahas seperti apa program yang akan kami jalani, peraturannya, jadwal acara, sampai proyek final per kelompok yang harus dikerjakan dan dipresentasikan di akhir program. Karena batch yang saya ikuti mengenai Mass Media & Broadcasting, saya dan peserta lain akan mendatangi musem koran dan stasiun televisi lokal, serta mendengar pidato dari perwakilan salah satu koran tersohor di prefektur lain yang akan kami kunjungi nanti.

Sewaktu saya ke sini, Jepang sedang musim gugur alias autumn. Kelihatannya memang cerah dan terik, tapi udaranya nggak panas sama sekali lho. Cukup dingin sih di sana tapi lebih condong sejuk, bukan dingin yang bikin menggigil.

Malam harinya, usai mengikuti orientasi, kami pun diberi waktu bebas untuk berpergian. Tapi karena saya masih belum berani pergi jauh, akhirnya saya dan beberapa teman berkeliling di seputar hotel, sambil mengunjungi beberapa tempat.


8 Oktober 2014
Yokohama, Prefektur Kanagawa

Bisa dibilang, program ini punya jadwal yang sangat padat. Dalam satu hari kami bisa berpindah ke beberapa tempat, bahkan pindah prefektur yang jaraknya cukup jauh. Sudah pasti kalau di sini kami selaku peserta harus benar-benar tepat waktu mengikuti jadwal dan gercep alias gerak cepat. Di hari kedua, saya mengunjungi Japan Newspaper Museum di Yokohama. Sore harinya nanti, kami harus pindah lagi menuju perfektur lainnya yang bener-bener jauh.


Ngomong-ngomong soal Japan Newspaper Museum, menurut saya tempat ini keren. Isi museumnya lengkap, dari koran zaman baheula sampai yang terbaru ada. Selain itu dari segi sejarahnya diceritakan ke dalam beberapa babak waktunya (saya lupa pembagiannya) dan itu cukup detail. Walaupun namanya newspaper museum, tetap ada koleksi barang-barang seperti mesin cetak yang super besar, kamera zaman dahulu, sampai mobil yang digunakan untuk liputan para awak pers di sini.

Sudah puas keliling-keliling museum di 2 atau 3 lantai, kami semua dibawa ke sebuah ruangan untuk mengikuti semacam presentasi dari pihak museum. Nah serunya, beres presentasi kami dipecah ke beberapa kelompok kecil untuk membuat koran sendiri! Lebih tepatnya kami mengikuti proses bagaimana meng-input tulisan di koran; saya yang mengetik waktu itu sempet puyeng karena tulisan alfabet yang biasa dipakai secara universal mendadak jadi huruf katakana sewaktu ngetik! Ternyata saya sempet salah pencet tombol, makanya berubah jadi katakana. Setelah mengetik satu paragraf tentang kunjungan kami di museum, saya bersama Anggie, Andy, dan Hesti difoto bersama untuk dimuat di koran yang kami buat sendiri. Oh iya, sebelum keliling museum, grup C juga sempet foto bareng, lho!



Destinasi setelah Japan Newspaper Museum itu bisa dibilang jauh banget. Saya dan rombongan bakal mengunjungi sebuah prefektur di barat daya Pulau Honshu (pulau terbesar di Jepang), lebih tepatnya di wilayah Tōhoku. Di sana adalah lokasi utama program kami, karena mayoritas kegiatan terkait Mass Media & Broadcasting-nya akan diadakan di prefektur ini. Maka dari itu, karena jaraknya yang jauh, kami harus naik kereta untuk menuju ke sana. Lebih tepatnya naik.... Shinkansen!


Shinkansen atau dikenal sebagai kereta pelurunya Jepang ini juara banget on time-nya. Saya nggak ingat persis berangkat jam berapa, tapi saya inget banget kalau perjalanannya makan waktu 3 jam 8 menit dan itu bener-bener tepat waktu. Dari segi fasilitasnya juga oke, dan selama perjalanan sih aman-aman aja dan nggak ngalamin motion sickness walaupun kereta ini bergeraknya cepat banget.


Inilah tujuan kami berikutnya, Prefektur Akita. Dengan jarak sekitar 662.6 km dari Tokyo, Akita ini menurut saya jauh lebih dingin. Ya jelas, kalau lihat di peta, prefektur ini sudah mendekati bumi belahan utara. Saya masih nggak kebayang dinginnya seperti apa kalau sudah masuk musim dingin.

Anyway, kami tiba di Akita dan belum ada kegiatan lagi. Jadi hari ini benar-benar digunakan untuk istirahat, tapi menyempatkan diri juga untuk keliling seputar Akita. Esok hari akan menjadi hari pertama kami berkegiatan di Akita...

(To be continued...)





Ngomong-ngomong, ini salah satu cerita flashback tertelat yang ingin saya ceritakan. Sebelumnya saya sudah posting sedikit cerita mengenai proses keikutsertaan saya dalam program ini dan gimana ngurus segala macemnya di sini. Sayang banget kalau saya nggak ngelanjutin ceritanya. Apalagi pas banget ini genap setahun setelah perjalanan saya di sana, dari 7-14 Oktober 2014. Jadi ya hitung-hitung nostalgia sih (halah). Karena ceritanya bakalan panjang, saya akan pecah jadi beberapa posting, bergantung dari kota dan tempat yang saya kunjungi.

You May Also Like

2 comments

  1. asli ngga bohong, sebel banget liat post-nya. bikin nggak bisa move on :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya gua nge-post ini karena nggak bisa move on Rin... :')

      Delete