• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

Curlnology


To be honest, I'm not a big fan of electronic dance music. I prefer musics like funk, jazz, rock, or disco from the 70s and 80s. Nowadays I only like few of the electronic groups, such as Clean Bandit (they combine the dance music with classic instrument like violin & cello!), LION BABE, and this one, Disclosure!

I was disappointed when I couldn't watch Clean Bandit live in Jakarta. They came to Jakarta last December 2015. Too bad at that time I couldn't afford the ticket (geez, the ticket for concert nowadays is getting more expensive!), but when I heard Disclosure would come to Jakarta for the second time, I had no doubt about it!

After working on some projects, finally I could buy myself a ticket to watch Disclosure. It also became a refreshment for me in the middle of working on my thesis. Well I heard about the announcement since last April. I thought it was the part of April Fool's joke since I knew it on April 1st. Even people on the internet also didn't believe it. I checked on Disclosure's official website, there's no schedule in Jakarta; mostly in US and other cities on May. Anyway, I saw there's pretty big gap between their gigs on last April to middle May. Hmm, I guessed they could be playing in my city among the dates.

Not so long after that, I read a comment on Disclosure's Instagram telling fans to check out their blog post. There it was, the official announcement of them coming to Jakarta! I was so excited. I wouldn't miss any chance to watch my favorite musicians.

They only played on DJ set, they didn't do the exact full performance. At first I was like, "Huh? Okay..." but I didn't mind! It's a rare occasion that they can play in Jakarta. I also know they'll play in Bali next August, but Jakarta is much closer. Of course I really want to see their real live performance like what I see on Youtube. Seeing Howard & Guy Lawrence playing on full set is amazing! It would be much greater if Sam Smith, Lorde, Gregory Porter, LION BABE, and Brendan Reilly perform with them, LOL.

The day was coming!

I watched Disclosure with my friend Petek, since she also liked them. We went from Bandung to Jakarta on May 4th, which was the date of the event. I thought it was okay if we went at 3 pm to Jakarta with estimated arrival time at 6 pm. Guess what? I was totally wrong. On 5 and 6 May there were two public holidays, which provided us 2 extra days for weekend; our weekend started from Wednesday night! Since we went to Jakarta after work hours, the traffic jam was insane! We arrived at 8 pm on Tanjung Priok Bus Station as the result. Then we took Gojek to go to Ecovention at Ancol, North Jakarta.

This event was held by DGTL_LVE. Besides Disclosure as the main guest star, there were also other famous DJs like Tchami from France, Dipha Barus and Bima G from Indonesia. Too bad I haven't heard their songs, except Tchami. I only listened to one of his song, so I couldn't review their performance since I didn't know much about them. Sorry!

The first performance was Bima G, followed by Dipha Barus then Tchami. I could say Tchami was awesome, even though I didn't really know his music. Many people cheered when he came and played for the next 1,5 hours.


HERE THEY ARE!

I was soooo excited seeing them in real life. I was lucky enough to stand really close to the DJ booth because I could see the performers better or at least I could breath properly here. When I saw what was going on behind me, wow it was so freaking crowded! All the audiences tried to be closer to the stage, and of course we only had small space to move there. They began their performance with their famous "When A Fire Starts to Burn", and the crowd instantly danced!

They played some songs that possibly not included in their albums but I recognized one, it was "Jump Hi" by LION BABE. I was so happy since LION BABE also a great electronic music group. After that, they played "Voices" and "F For You"! Yeah!! They remixed both of songs and they were so goooood.

After few songs, I noticed the very specific voice of Gregory Porter... They were starting to play "Holding On"!! It was SO GREAT! They played the original song, which was all I hoped that night because I could sing along! "Holding On" is one of my favorite songs in their latest album, Caracal.


Other songs were coming, they kept making the crowd dancing through the night. I remembered that Disclosure started to play at 1.30 am. It was so late but it didn't matter, though. Then they played more songs like "White Noise" and "Magnets". For the last song, the played "Latch"!!


Did they just end the night? Nope! After people chanted "We want more!", they didn't hesitate to play one more song. As the encore, "You & Me" was played by the Lawrence brothers. The special thing was, they played the remix version of You & Me by Flume. That version was totally dope. You can listen to the song here.

Overall I was so happy to watch Disclosure even though they only played on DJ set. The sound was amazing, the visualizations on every songs they played were super cool, and of course their performance were totally incredible. I hoped they could play Omen and January that night, but well they didn't. Maybe next time? I really wish I can watch them one more time, especially when they do live performance.

By the way, thank you to DGTL_LVE for bringing Disclosure to Jakarta!


Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Punya rambut yang 'tidak biasa' di lingkungan saya menjadi hal yang cukup mengesankan. Rambut ini seolah-olah jadi hal aneh di antara arus mainstream rambut yang banyak diidam-idamkan beberapa perempuan: lurus, hitam, panjang. Awal mulanya saya kaget kenapa harus bernasib demikian, tapi makin lama saya makin bersyukur.

Saya bersyukur memiliki keunikan yang (mungkin) tidak banyak dimiliki orang lain, dan saya semakin merasa ini memang berkah bagi saya.

Saya terlahir dengan kondisi rambut yang biasa-biasa saja. Lurus malahan, nggak ada bakat-bakat menuju rambut keriting. Bahkan bapak dan ibu saya rambutnya lurus. Dari kecil hingga duduk di bangku SD, potongan rambut saya cuma satu: bondol alias pendek, tipis, poni belah pinggir, dan warna kecoklatan. Gara-gara rambut pendek pula saya sering disangka cowok, tapi untungnya masih bisa terselamatkan dengan anting segitiga yang dulu saya pakai semasa kecil.

Singkat cerita, saya mengalami perubahan yang aneh banget saat masih kelas 5 SD.  Waktu itu nafsu makan saya bertambah, sampai kurusnya hilang. Ya, sewaktu kecil saya kurus dan susah makan. Entah ada angin apa, kelas 5 SD saya jadi banyak makan dan akhirnya badan mulai berisi. Tapi, yang paling aneh itu ketika rambut saya tiba-tiba jadi keriting.

Nggak langsung mendadak sehari jadi keriting sih, tapi perlahan rambut saya mulai kelihatan bergelombang. Makin lama, makin terlihat keriting. Rambut saya waktu itu nggak begitu pendek kalo nggak salah, jadi makin terlihat lah keritingnya. Saya bingung. Ibu dan bapak juga bingung. Kenapa tiba-tiba rambut saya jadi keriting? Kalaupun memang ada gen keriting, kenapa baru pas saya sudah beranjak besar?

Penjelasan soal kenapa baru keriting saat kelas 5 SD sampai sekarang masih belum ada, tapi yang jelas saya ini memang ada turunan rambut keriting. Ternyata nenek dan kakek dari pihak bapak rambutnya keriting, jadi wajarlah kalo saya punya rambut keriting. Sepupu-sepupu perempuan juga kebanyakan keriting.

Keberadaan si keriting yang mendadak ini pasti jadi bahan guyonan temen-temen SD. Pasti pernah ngerasain gimana rasanya diledekin temen, dari yang ledekan omongan sampe main tarik rambut. Tapi hal yang paling berasa waktu itu buat saya sih ledekan-ledekan dari temen-temen. Saya waktu itu memang belom siap, karena saya sendiri masih kaget.

Dari ledekan, muncul pula julukan-julukan aneh. Saya nggak inget persis saya dijuluki apa sewaktu SD, yang pasti saya saat itu sudah jadi bulan-bulanan karena rambut saya yang keriting. Masalahnya keritingnya bukan keriting yang rapi; sampe sekarang saya aja nggak tau rambut saya ini keritingnya masuk ke kategori keriting apa, hahaha.

Beranjak dari SD, saya mulai menempuh pendidikan SMP di daerah yang berbeda. Waktu SMP, rambut saya makin menjadi-jadi. Saya juga sudah mulai memanjangkan rambut, karena kalau rambut keriting dipendekkin, saya nggak yakin hasilnya bakal bagus. Rambut megar parah, keritingnya nggak jelas, plus rambut saya yang tipis makin bikin saya nggak pede. Makanya saat kelas 1 dan 2 SMP saya sering banget pake topi; rambutnya diikat lewat bolongan topi *yang bisa dibuka itu lho*.

Saya waktu itu sudah terlanjur nyaman pakai topi, eh tiba-tiba waktu di sekolah topi saya hilang entah kemana. Saya sempet sedih juga karena itu topi kesayangan satu-satunya; topi hitam putih Rusty. Tapi semenjak hilangnya topi itu, saya akhirnya memberanikan diri untuk menggerai rambut saya.

Segala cara saya coba supaya rambut saya ini nggak begitu megar. Cara yang paling aneh yang pernah saya coba —dan cara ini yang paling lama dipakai— itu saya sehabis keramas pakai conditioner tapi nggak dibilas. Ya, nggak dibilas. Waktu itu belum ada yang namanya leave on atau krim rambut tanpa dibilas. Conditioner yang biasa saya pake itu yang harusnya dibilas setelah dipakai.

Cara itu cukup ampuh untuk meredam megarnya rambut saya. Tapi, makin lama bikin rambut saya nggak nyaman karena gerah dan jadi lengket. Menggelikan memang, tapi apa boleh buat. Waktu itu saya benar-benar berjuang gimana caranya supaya rambut saya nggak megar parah. Sampai kelas 1 SMA, saya masih mempertahankan cara itu sampe akhirnya menemukan leave on rambut yang fungsinya memang bukan untuk dibilas, hahaha.

By the way, waktu SMP juga jadi waktu yang cukup 'keras' bagi saya. Di sini saatnya saya jadi punya banyak julukan baru. Kibo, kriting, kiting, kribo, dan lain-lain. Jadi bahan ledekan? Sudah pasti. Waktu SMA? Wah lebih-lebih. Julukan juga makin nambah:

Undertaker (kalo pernah nonton Smack Down pasti tau)
Puyol (yang doyan bola pasti tau)
Limbad
Hagrid

Hagrid sih yang paling kena, soalnya kalo diliat-liat dulu rambut saya persis banget kayak rambutya Hagrid!

Tapi masa SMA justru jadi masa saya sudah bisa menerima kondisi rambut saya dengan lapang hati. Saya akhirnya bisa mengendalikan amarah saya ketika diledek teman. Saya akhirnya bisa pede dengan bentuk rambut saya yang memang aneh dari yang lainnya.

Makin ke sini, saya makin sadar untuk melakukan perubahan pada rambut saya. Saya butuh potongan rambut baru, karena sejak SMP sampai SMA saya nggak pernah berani untuk potong macem-macem.

Jujur aja, saya takut hasilnya gagal total dan akhirnya makin bikin rambut saya megar. Apalagi kalau ke salon, mayoritas treatment rambut lurus sama rambut keriting selalu disamaratakan, padahal beda banget sebenarnya. Sering banget pas rambut dikeringin malah di-blow (rambut ditarik pakai sisir gulung dan dikeringin sama hair dryer), padahal nggak perlu. Potongan rambutnya pun berpotensi fail besar-besaran karena sewaktu rambut basah kelihatannya fine-fine saja. Nah kalo udah kering? Waduh!

Jelang lulus SMA, saya akhirnya potong rambut tapi sempat gagal karena rambut saya dipapas lagi alias ditipisin -____- Rambut saya udah tipis, eh ditipisin lagi.

Sekarang saya juga makin aware dengan potongan rambut keriting yang sekiranya bisa diterapin di rambut saya. Saya sudah empat kali potong rambut, dan sekarang saya makin nyaman dengan rambut saya. Rambut saya di-layer supaya terlihat lebih rapi dan nggak begitu megar. Sudah lewat masa-masa rambut saya terlihat seperti Hagrid! 

Hairvolution part 1: (1-3) Masih balita sampai SD awal, masih lurus; (4-6) dari SD kelas 6 sampe awal SMA, udah mulai keriting; (7-9) Masa SMA, sudah mulai terbiasa.

Hairvolution part 2: (1-3) Kuliah semester 2-4, udah mulai nyoba potong rambut; (4-6) Masa-masa semester 5-6, udah terbiasa dengan rambut keriting sebahu; (7-9) Foto terakhir rambut panjang Oktober 2014, disambung dengan potongan rambut saat ini.

Kalo bicara soal rambut keriting yang ribet, pertanyaan satu ini pasti muncul: "Kenapa nggak di-rebonding aja?"

Saya sudah amat sering menerima pertanyaan itu. Entah dari saya SMP, saya memang nggak punya pikiran untuk meluruskan rambut saya. Saya juga nggak kebayang kalo rambut saya jadi lurus; sudah tipis, di-rebonding makin aneh kelihatannya. Kalo kata ibu saya, kayak orang abis kecebur got. Saya juga nggak mau ngerusak rambut saya, karena melihat hasil-hasil rebonding orang lain justru rambutnya jadi nggak sehat.

Tapi saya yakin kalo orisinalitas itu nggak akan bisa tergantikan oleh apapun.
Prinsip orisinalitas ini saya pegang sampai sekarang.

Kondisi ini yang akhirnya membedakan saya dari kebanyakan orang. Mungkin orang-orang nggak akan mengenal saya  kalo saya nggak punya rambut seperti ini. Mungkin nggak akan ada yang nyeletuk, "Oh Tiwi yang keriting?" atau saat di jalan atau di suatu tempat ada orang lain tiba-tiba nanya, "Rambutnya asli atau dikeritingin?"

I'd say that I'm so proud of my hair. Saya bersyukur punya rambut seperti ini, karena ini jadi salah satu ciri khas yang saya miliki. Tiap orang pasti punya keunikan tersendiri, dan keunikan yang saya punya itu dari rambut. Memang berat dan capek banget rasanya ketika harus menghadapi berbagai ledekan atau cercaan orang. Apalagi harus menghadapi tatapan orang asing yang rasanya bener-bener bikin saya nggak nyaman. Di lain sisi, saya merasa senang karena hal unik yang saya punya ini jadi berkah tersendiri bagi saya.

Kira-kira begitu sedikit cerita tentang rambut saya.

The point is, just be proud and be grateful of what we have.

Apapun yang kita miliki pasti ada hikmahnya; bisa jadi itu jadi bahan hinaan atau cercaan orang lain, tapi bagi kita itu sebenarnya adalah berkah yang nggak mungkin bisa didapat dari orang lain.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Holla!

Berhubung masih nyari bahan untuk tugas Seminar dan stuck, saya mau cerita-cerita sedikit soal kegiatan terakhir jelang akhir tahun. Untuk pertama kalinya, saya udah nggak perlu pusing mikirin semester depan bakal kuliah apaan, karena semester depan saya udah mulai magang alias job training! Saya nggak sabar untuk mulai magang, karena akhirnya bisa praktik langsung dan udah cukup berkutat dengan segala macam tugas kampus yang nggak ada abisnya, hahaha. Di akhir tahun ini juga, saya bisa menikmati beberapa minggu setelah UAS untuk liburan, sebelum mulai magang Januari nanti.

Beneran deh, sama sekali nggak berasa kalo sekarang saya udah di penghujung semester 7. Saya kaget udah ngelewatin 3 tahun tinggal di Jatinangor. Selama itu pula saya ngelewatin semester demi semester, tugas demi tugas, liputan demi liputan, daan sebagainya. Tiga tahun nggak berasa, tapi kejadian-kejadian dan pengalamannya yang paling berasa. Kebetulan kemarin saya baru pergi dengan bapak dan Tito, sempat ngobrol soal rencana magang, tugas akhir atau skripsi, dan... target wisuda. Man, berasa banget udah jadi angkatan tua!


Beruntung saya masih belum dapat pertanyaan, "Kapan lulus?" Thanks to you if you don't have any will to ask that, karena saya masih jauuuh menuju gerbang lulus. Di jurusan saya, mayoritas mahasiswanya baru bisa lulus di atas 4 tahun. Nggak hanya faktor mahasiswanya harus job training dua kali ―satu di media massa cetak, satunya lagi di media massa elektronik―, di semester 7 masih banyak mata kuliah yang harus ditempuh; plus satu mata kuliah wajib. Makanya jangan heran kalo mahasiswa jurusan saya kalo ditanya soal 'kapan lulus' atau 'udah skripsi ya?' di semester 7, responnya nggak akan seperti yang diharapkan oleh penanya, hehehe.

Berhubung saya sekarang mau magang di majalah, otomatis waktunya butuh lebih banyak karena syarat untuk job training cetak di majalah minimal 90 hari kerja. Bisa tiga bulan lebih! Setelah itu baru job training di media elektronik, bisa di stasiun TV atau radio siaran. Beres job training, baru buat laporannya, lalu usmas untuk skripsi, dan tibalah di masa-masa ngerjain skripsi.

Lama? Memang, makanya untuk lulus dalam jangka waktu 4 tahun agak sulit di jurusan saya, seperti yang saya jelaskan di atas. Tapi saya nggak begitu mempermasalahkan, toh saya dari awal kuliah udah niatan mau job training di majalah meskipun waktunya lama ―kalo di koran hanya butuh 45 hari kerja―. Yaah kira-kira tahun depan setelah Agustus saya Insya Allah lulus (AMIN!).

By the way, teman-teman saya di luar kampus kebanyakan udah pada nyusun skripsi. Saya harus legowo sih ngeliat mereka, hahaha. Sempet heran juga saya, kok yang lain udah pada skripsian tapi saya masih sibuk nugas dan liputan sana-sini. But it doesn't matter, kok. Masing-masing kan memang udah punya target tersendiri. Saya sebenarnya bukan pengejar target lulus kudu ngebut; yang penting kuliah saya bener, ilmunya dapet, dan nanti kalo lulus bener-bener udah siap.

Ah, ngomong-ngomong soal kegiatan. Lagi-lagi kegiatan saya di semester ini nggak jauh-jauh dari nugas dan liputan. Too bad, saya kesulitan mengatur jam tidur lagi sampai-sampai harus kecapekan beberapa kali dan nyaris drop. Untung aja ini semester penghabisan, jadi mulai tahun depan begadangnya harus dikurang-kurangin! Waktu liburan di sela-sela kuliah pun akhirnya tersita dengan liputan untuk satu mata kuliah yang butuh liputan jangka lama. Saya juga harus bolak-balik Jatinangor-Jakarta-Jatinangor lho beberapa kali. Sambil liputan sana-sini, tugas mingguannya tetep jalan. Sempet juga sih saya dadakan pergi jalan-jalan, tapi itu worth to do banget untuk ngilangin penat. Alhamdulillah sekarang semuanya udah beres… Besok UAS hari terakhir!

Jelang akhir tahun ini saya mau menikmati Bandung sebelum magang. Masih ada beberapa tempat yang mau saya datangi sebelum beberapa bulan ke depan saya kembali ke Jakarta. Saya juga agak nggak rela sih harus pergi dari Bandung untuk sementara, hahaha. Tapi apa boleh buat, tahun depan juga seenggaknya saya masih bisa bolak-balik ke Bandung dari Jakarta. Satu lagi… Nambahin postingan di blog!! Saya udah punya beberapa hal yang pengen banget saya share di sini, mulai dari perjalanan saya di JPN part 2 sampai hasil pemikiran yang ingin saya tulis di sini. Just wait and see!

Well, maybe that’s enough for today.
Have a very good day, dear readers!
Selamat menjalani pekan UAS dan selamat liburan!
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Siapapun pasti pernah ngalamin yang namanya begadang, terutama buat yang kini lagi menempuh jenjang kuliah. Saya pun demikian, tercatat sebagai salah satu mahasiswa di jurusan yang punya kegiatan & tugas padet banget. Jurusan lain pasti seperti itu, saya tahu. Masing-masing punya kesulitan dan kemudahan, tapi sekarang saya mau membagi pengalaman saya dan dampaknya pada diri saya.

Lalu, apa hubungannya sama begadang?

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sungguh, saya kangen banget nulis di blog ini. Setelah sekian lama saya acuhkan, sekarang saya kembali lagi. Blog ini terpaksa 'berdebu' lagi karena segala kegiatan di kampus dan luar kampus yang membuat saya jauh dari dunia blog. Nggak cuma itu, notebook saya tercinta lagi sering 'sakit' dan sekarang sudah mati total. Sudah cukup saya bolak-balik dari Jatinangor ke Bandung hanya untuk servis notebook... Jadi ini postingan perdana menggunakan smartphone saya.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Satu
Permulaan meniti langkah
Satu
Simbolisasi keutamaan

Satu
Kini tak hanya sekadar angka
Satu
Kini tak hanya sekadar ucapan belaka

Ragam pemikiran, ragam penampilan
Perbedaan kini menyatu
Satu tujuan tercipta
Menjadi Jurnalistik 2011


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Holla!
Wah, udah cukup lama saya ninggalin kegiatan blogging mem-blogging... dan sekarang sudah berganti tahun! Sebenarnya saya pengeeen banget nulis sesuatu disini di bulan-bulan sebelumnya, tapi berhubung lagi lumayan riweuh, jadinya baru sempat nge-posting sekarang.

Sebelumnya, saya pengen ngucapin "Selamat Tahun Baru 2013" bagi semuanya, semoga segala harapan yang dimiliki bisa terwujud, tentunya dengan tindakan yang nyata pula. Selain itu, "SELAMAT LIBURAN" juga bagi yang saat ini telah melewati masa-masa kritis saat Ujian Akhir Semester (UAS) dan menikmati masa-masa indah liburan! Baru saja saya melewati 'masa kritis' UAS, dan kini saya bisa bernapas lega karena di pikiran saya, hanya ada LIBURAN, LIBURAN, LIBURAN....!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Memori

Memori. Kenangan.

Kumpulan cerita yang terekam dalam benak.

Namun, jangan jadikan memori sebagai alasan untuk berdiam diri di tempat yang sama.

Memori tak akan mendorongmu maju. Ia hanya diam di tempat.

Semakin larut dalam memori, semakin lenyap dirimu yang sesungguhnya.

Dirimu sendiri lah yang menentukan, diam bersama memori atau melangkah lebih jauh menuju babak baru dalam hidup.

Harapan

Seindah apapun harapan yang dimiliki, janganlah terlalu bergantung pada harapan.

Apalagi jika berharap dalam diam. Tanpa aksi.

Terlalu banyak berharap akan menjerumuskan dirimu pada lubang ‘harapan’.

Lubang yang menimbun kekecewaan, kemarahan, dan ketidakpuasan atas harapan yang terlalu kau junjung tinggi namun tak kunjung tercapai.

Sebaik-baiknya harapan, jauh lebih baik lagi jika kau bertindak dan melakukan hal yang dapat mewujudkan harapanmu.



Dua coretan di atas merupakan hasil 'bertapa' hari ini, ketika raga ini enggan untuk berpergian dan memilih untuk mengembangkan apa yang ada dalam pikiran, ditemani lantunan merdu dari Jason Mraz yang cukup mendukung mood menulis hari ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tahun 2009, saya mengunjungi sebuah pameran buku di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Saat itu, saya melihat-lihat banyak sekali buku yang dijual dengan harga miring. Di sebuah stand buku, mata saya tertuju pada satu buku yang ilustrasinya aneh tapi unik. Warna dasarnya kuning, lalu pada cover depan, ada ilustrasi berupa monster dan dua orang duduk di sebuah sofa. Judulnya pun tidak seperti buku-buku ‘serius’.

Saat membaca sinopsis di cover belakang buku, saya tertarik untuk membeli buku itu. Memang, ketika melihat nama pengarangnya, saya belum begitu familiar. Ketika tahu ia lulusan dari mana, itu pula yang menjadi faktor saya tertarik pada buku itu. Saat itu saya masih SMA, jadi ada antusiasme tersendiri ketika mengetahui orang yang merupakan lulusan fakultas tujuan saya dulu. Saya masih ingat persis harga buku tersebut, yakni 27 ribu Rupiah. Buku itu menjadi satu-satunya buku yang saya beli waktu itu. Drunken Monster, itulah buku yang saya beli waktu itu, karangan Pidi Baiq.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Finally, National Exam was done! Setelah melewati masa-masa menegangkan saat Ujian Nasional, sekarang gua bisa bernapas lega. Tapi, masa menegangkan ternyata belum berakhir. Walaupun sekarang tinggal menunggu kelulusan, gua bersama teman-teman sekarang sibuk dengan persiapan untuk SNMPTN, yang tentunya ikut menentukan kemana tujuan pendidikan kami selanjutnya. Setiap hari ikut program intensif persiapan SNMPTN dan ngerjain banyak soal SNMPTN yang ada. Yang pasti ini lebih sulit daripada UN, karena soal-soalnya bener-bener beda dari UN!

Yaaaah agak pusing juga sih setelah UN langsung dihantam sama soal-soal SNMPTN. Tapi gua harus tetap menjalani kegiatan ini menjelang SNMPTN, karena SNMPTN menentukan apakah gua bisa tembus ke universitas yang sangat gua idamkan. Harus tetap berjuang demi mencapai cita-cita!

Walaupun ada yang namanya Jalur Undangan, gua nggak bisa berharap banyak dari jalur itu. Gua harus bersaing dengan nilai rapor pelajar se-Indonesia yang ikut mendaftar di Jalur Undangan. Gua tetap optimis untuk jalur yang satu ini, but who knows about the result soon? So, keep struggling and praying!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

The Writer

The Writer

Categories

travel Trip Experiences thought photography Solo Travel Spain Study

Popular Posts

Instagram

@pspratiwi



Blog Archive

  • ▼  2019 (1)
    • ▼  October 2019 (1)
      • Accidentally Mixing Spanish & English!
  • ►  2018 (8)
    • ►  December 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  May 2018 (1)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (8)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December 2016 (2)
    • ►  July 2016 (1)
    • ►  May 2016 (1)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  January 2016 (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  July 2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  December 2014 (3)
    • ►  October 2014 (1)
  • ►  2013 (5)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  March 2013 (1)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (2)
    • ►  August 2012 (1)
    • ►  May 2012 (4)
    • ►  February 2012 (4)
  • ►  2011 (16)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (1)
    • ►  June 2011 (3)
    • ►  April 2011 (2)
    • ►  March 2011 (2)
  • ►  2010 (4)
    • ►  December 2010 (3)
    • ►  September 2010 (1)
  • ►  2009 (1)
    • ►  December 2009 (1)

Created with by ThemeXpose