• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

Curlnology


Untuk menjaga kesehatan rambut secara tepat memang perlu eksplorasi dan sangat bergantung pada tipe rambut. Dari dulu sampai sekarang saya masih mencari cara yang paling pas untuk merawat rambut supaya tetap sehat, nggak kusut, dan nggak kering. Pasalnya kalau udah kusut, saya udah kayak singa nggak sisiran beberapa minggu. Salah pilih produk juga bisa bikin rambut saya makin parah keringnya dan bahkan muncul objek-objek yang nggak diinginkan, kayak ketombe.

Di post sebelumnya, saya sudah menulis tentang cara-cara yang biasa saya lakukan untuk merawat rambut saya. Nah kali ini saya mau membagi apa saja produk yang dipakai, khususnya untuk rambut keriting yang sangat kering dan sudah diwarnai berkali-kali.

Rambut yang diwarnai otomatis jadi lebih rapuh, kering, dan mudah bercabang. Untuk mengurangi rambut bercabang, setiap habis mewarnai rambut atau tiga bulan sekali saya pergi ke salon untuk potong rambut. Alhamdulillah sampai saat ini saya sudah terhindar dari masalah rambut bercabang dan rapuh. Permasalahan utama saya saat ini adalah rambut kering, megar, dan kusut.


Berdasarkan pengalaman pribadi, ini dia produk-produk yang saya gunakan untuk merawat rambut keriting yang sudah diwarnai. Produk yang ditulis benar-benar sudah saya pakai dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan sehingga efeknya sudah saya bisa rasakan secara langsung.

Shampoo and Conditioner
Mane 'n Tail Herbal Gro Shampoo
[Alternative: Herbal Essence Hello Hydration (Moisture and Shine)]
Nggak gampang untuk mencari shampoo dan conditioner yang pas buat rambut saya. Kebanyakan bikin ketombean dan makin parah keringnya. Tahun lalu saya sempet potong rambut kependekan dan denger-denger kalau Mane 'n Tail itu bisa membantu mempercepat pertumbuhan rambut. Jadinya saya pakai deh, sekalian nyoba. Harganya memang menguras dompet, tapi menurut saya worth it banget. Lumayan membantu pertumbuhan rambut, lalu kondisi rambut saya lebih baik dan nggak sekering biasanya. Untuk conditioner, saya pakai conditioner-nya Herbal Essence. Barulah saat shampoo Mane 'n Tail habis, saya pakai shampoo-nya Herbal Essence. Efeknya? Saya merasa rambut lebih lembab, nggak begitu kering, dan lebih mudah diatur.

Hair Vitamin
Lucido-L for Damaged Hair (Spray and Oil)
Saya pakai kedua versinya, yaitu spray dan oil. Versi oil saya pakai setiap habis keramas dan rambut dalam kondisi setengah basah. Lalu versi spray saya pakai setiap hari, baik saat mau pergi atau pun stay di kostan. Ini sangat membantu merawat rambut saya yang diwarnai supaya nggak bercabang, kusam, dan kering parah. Makanya saya berani bleach rambut karena sudah memproteksinya dengan hair vitamin sejak lama, jadi efek bleach-nya nggak begitu parah.

Other Hair Spray
Makarizo Hair Energy SCENTSATIONS
Yang namanya bau nggak bisa dihindari ya, apalagi kalau sering berpergian. Bau segala macem kayak asap knalpot, asap tukang sate, dan kerabatnya bisa terperangkap di rambut. Apalagi kalau rambut keriting, aduh bener deh segala macam bau langsung diserap dan hilangnya pun cukup lama. Makanya saya butuh hair spray yang bisa menghilangkan bau seketika. Kalau lupa keramas juga bisa diakalin pakai ini kok (yikes!), hahaha.

Hair Cream or Mousse
SYOSS Airy Curl Cream (Curl Control)
Produk ini penting untuk menjaga bentuk keriting dan mencegah rambut jadi megar. Saya pakai ini karena dari beberapa produk lainnya, ini yang nggak begitu lengket dan nggak berasa berat di rambut. Jadi setelah pakai vitamin oil, saya pakai cream ini biar bentuk keriting bisa terjaga seharian. Tapi saya punya cara sendiri untuk menggunakan cream ini agar nggak terlalu kaku dan bisa lebih hemat.
Aslinya cream ini cukup kental dan lumayan lengket di tangan. Untuk mengakalinya, saya masukkan cream ini ke dalam botol spray lalu ditambahkan air, dan kocok sampai rata. Hasilnya, cream ini nggak akan lengket di tangan, rambut bisa mirip-mirip  wet look dan nggak kaku kayak pakai hair spray, serta menghemat jumlah pemakaian. Saya udah pakai selama 6 bulan dan belum habis-habis lho, mengingat harga satu jar-nya nggak begitu murah (maklum anak kostan, hahaha).

Kira-kira itu yang bisa saya share terkait perawatan untuk rambut keriting yang sudah diwarnai. Harap diperhatikan bahwa cara merawat rambut bisa beragam bagi setiap orang. Produk digunakan juga sangat bergantung pada si pemakai alias cocok-cocokan. Intinya sih jangan nyerah dulu sebelum menemukan treatment dan produk yang pas.

Even though maintaining curly hair is so challenging, remember, you have something that others don't. So take care of it and you'll thank yourself! Adios muchacha!
Share
Tweet
Pin
Share
5 comments
Punya rambut keriting itu berkah sekaligus sebuah tantangan. Nothing beats its uniqueness, tapi rambut keriting itu harus dirawat banget karena kondisi sebenarnya cukup fragile. Ya bisa dilihat kalau rambut saya ini kelihatannya megar, kering, dan tebal. Padahal sebenarnya rambut saya tipis, lho. Megar dan tebal itu hanya efek dari bentuk keriting yang ngembang.

Kebetulan rambut saya jadi keriting semenjak kelas 5 SD sampai sekarang (ceritanya di sini). Zaman SMP, saya nyoba pakai conditioner nggak dibilas (yang seharusnya dibilas, bukan yang leave on). Tapi ending-nya saya nyerah. Saya nggak kuat sama lembabnya si conditioner yang nggak dibilas karena bikin gerah dan lengket. Jadi jangan coba pakai conditioner yang harusnya dibilas malah dibiarin ya. Asli, nggak enak banget rasanya di kepala.

Kemudian ketika duduk di bangku SMA, saya masih belum nemu produk yang cocok untuk menaklukkan rambut saya. Akhirnya saat memasuki zaman kuliah, saya mulai bereksplorasi dengan beragam cara dan bermacam produk demi ngempesin rambut megar.

Intinya saya ingin mencoba membagi cara yang saya gunakan untuk menaklukan rambut keriting yang kusut, megar, dan kering. Sebelumnya saya sempat googling tetapi rata-rata kebanyakan orang luar yang rambutnya keriting itu tipe 4 yang keritingnya udah kecil-kecil banget dan mendekati kribo. Ada juga yang tipe 3 (kebetulan saya tipe 3A), tapi sayangnya produk yang mereka gunakan kebanyakan tidak dijual di Indonesia. Sementara itu dari situs lokal, saya belum menemukan cara yang pas untuk saya coba.


By the way, silakan baca tentang tipe rambut keriting di sini dan di sini kalau belum tahu tipe rambut mana yang dimiliki.

Mungkin akan ada beberapa cara yang mungkin bikin dahi mengerenyit alias terkesan aneh, but somehow it works on me.

Jarang Sisir Rambut
Semakin sering nyisir, rambut makin megar. Rambut keriting kalau disisir malah pecah keritingnya; bentuk asli keriting bakal rusak, rambut jadi nggak menyatu, dan ujung-ujungnya makin berantakan. Makanya saya sisiran kalau mau keramas saja dan setelah keramas untuk merapikan rambut yang kusut.
Selebihnya? Saya nggak sisiran lagi pakai sisir biasa. Kalau rambut mulai kusut, saya biasanya sisir pakai jari. Cara itu akan lebih menjaga bentuk keriting dan meminimalisasi megar. Kalau ada yang malas pakai jari, bisa juga pakai sisir garpu yang giginya jarang-jarang.

Keramas Seminggu Dua Kali
Well bagi yang sangat higienis dan harus keramas tiap hari, mungkin cara ini bisa dilewatkan. Tapi saya merasakan dampak lebih baik pada rambut dari jarang keramas ketimbang frekuensi yang terlalu sering. Berdasarkan beberapa situs yang saya baca, kalau terlalu sering keramas, minyak alami di rambut akan hilang dan itu akan menyebabkan rambut jadi semakin kering. Saya sepakat karena kenyataannya sehabis keramas itu rambut justru lebih kering walaupun rasanya lebih lembut dan ringan.
Kalau memang perlu banget ngebasahin rambut, nggak perlu pakai shampoo-nya. Cukup gunakan conditioner. Ini sering banget saya lakuin, karena rambut keriting itu kuncinya adalah kelembaban. Kalau kering, it's such a disaster. Stok conditioner saya pasti paling cepat habis dibanding shampoo, karena conditioner lah yang lebih penting daripada shampoo; bikin rambut saya lebih halus dan lembab tanpa jadi lebih kering.

Avoid Hair Dryer
Saya kebetulan jarang sekali pakai hair dryer karena bakal memperparah kondisi rambut; jadi kering banget dan tambah megar. Ada pula yang menyarankan pakai difusser, tapi ya itu kan belum tentu punya atau mudah didapat. Jadinya saya memilih cara alami saja, yaitu dibiarkan kering sendiri. Kalau mau lebih cepat, tinggal duduk atau berdiri di depan kipas angin. Cara ini bisa menjaga bentuk asli keritingnya. Bahkan menurut saya, rambut keriting yang baru kering itu bisa dibilang 'curl at its finest'. Bentuknya masih asli, rambut masih berasa ringan banget, dan nggak megar.
Ada lagi cara yang oke untuk ngeringin rambut, yaitu 'dibungkus' pakai kaos. Saya pernah coba saat keramas malam hari; setelah dikeringkan pakai handuk, saya balut rambut pakai kaos. Hasilnya? Ternyata rambut saya jadi lebih terjaga bentuk keritingnya dan nggak berasa kasar. Tips ini saya dapat dari beberapa situs terkait rambut keriting.

Colored Curly Hair = Extra Maintenance!
Dari 2013, saya sudah mulai coba-coba mewarnai rambut. Saya kepengen punya warna rambut ash yang undertone-nya biru, bukan coklat kemerah-merahan (ini saya sebel banget). Apalagi, Agustus 2015 saya mem-bleach rambut bagian dalam sebanyak tiga kali karena ingin saya timpa warna abu-abu atau biru. Alhasil semakin sering saya cat rambut, semakin rusak pula rambut saya.

Kira-kira itu cara yang biasa saya lakukan untuk merawat rambut keriting yang kering dan mudah kusut. Di postingan berikutnya, saya mau menceritakan tentang produk-produk rambut yang biasa saya pakai untuk mengatasi masalah serupa, khususnya rambut keriting yang sudah diwarnai berkali-kali.

Adios and see you on the next post!


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Punya rambut yang 'tidak biasa' di lingkungan saya menjadi hal yang cukup mengesankan. Rambut ini seolah-olah jadi hal aneh di antara arus mainstream rambut yang banyak diidam-idamkan beberapa perempuan: lurus, hitam, panjang. Awal mulanya saya kaget kenapa harus bernasib demikian, tapi makin lama saya makin bersyukur.

Saya bersyukur memiliki keunikan yang (mungkin) tidak banyak dimiliki orang lain, dan saya semakin merasa ini memang berkah bagi saya.

Saya terlahir dengan kondisi rambut yang biasa-biasa saja. Lurus malahan, nggak ada bakat-bakat menuju rambut keriting. Bahkan bapak dan ibu saya rambutnya lurus. Dari kecil hingga duduk di bangku SD, potongan rambut saya cuma satu: bondol alias pendek, tipis, poni belah pinggir, dan warna kecoklatan. Gara-gara rambut pendek pula saya sering disangka cowok, tapi untungnya masih bisa terselamatkan dengan anting segitiga yang dulu saya pakai semasa kecil.

Singkat cerita, saya mengalami perubahan yang aneh banget saat masih kelas 5 SD.  Waktu itu nafsu makan saya bertambah, sampai kurusnya hilang. Ya, sewaktu kecil saya kurus dan susah makan. Entah ada angin apa, kelas 5 SD saya jadi banyak makan dan akhirnya badan mulai berisi. Tapi, yang paling aneh itu ketika rambut saya tiba-tiba jadi keriting.

Nggak langsung mendadak sehari jadi keriting sih, tapi perlahan rambut saya mulai kelihatan bergelombang. Makin lama, makin terlihat keriting. Rambut saya waktu itu nggak begitu pendek kalo nggak salah, jadi makin terlihat lah keritingnya. Saya bingung. Ibu dan bapak juga bingung. Kenapa tiba-tiba rambut saya jadi keriting? Kalaupun memang ada gen keriting, kenapa baru pas saya sudah beranjak besar?

Penjelasan soal kenapa baru keriting saat kelas 5 SD sampai sekarang masih belum ada, tapi yang jelas saya ini memang ada turunan rambut keriting. Ternyata nenek dan kakek dari pihak bapak rambutnya keriting, jadi wajarlah kalo saya punya rambut keriting. Sepupu-sepupu perempuan juga kebanyakan keriting.

Keberadaan si keriting yang mendadak ini pasti jadi bahan guyonan temen-temen SD. Pasti pernah ngerasain gimana rasanya diledekin temen, dari yang ledekan omongan sampe main tarik rambut. Tapi hal yang paling berasa waktu itu buat saya sih ledekan-ledekan dari temen-temen. Saya waktu itu memang belom siap, karena saya sendiri masih kaget.

Dari ledekan, muncul pula julukan-julukan aneh. Saya nggak inget persis saya dijuluki apa sewaktu SD, yang pasti saya saat itu sudah jadi bulan-bulanan karena rambut saya yang keriting. Masalahnya keritingnya bukan keriting yang rapi; sampe sekarang saya aja nggak tau rambut saya ini keritingnya masuk ke kategori keriting apa, hahaha.

Beranjak dari SD, saya mulai menempuh pendidikan SMP di daerah yang berbeda. Waktu SMP, rambut saya makin menjadi-jadi. Saya juga sudah mulai memanjangkan rambut, karena kalau rambut keriting dipendekkin, saya nggak yakin hasilnya bakal bagus. Rambut megar parah, keritingnya nggak jelas, plus rambut saya yang tipis makin bikin saya nggak pede. Makanya saat kelas 1 dan 2 SMP saya sering banget pake topi; rambutnya diikat lewat bolongan topi *yang bisa dibuka itu lho*.

Saya waktu itu sudah terlanjur nyaman pakai topi, eh tiba-tiba waktu di sekolah topi saya hilang entah kemana. Saya sempet sedih juga karena itu topi kesayangan satu-satunya; topi hitam putih Rusty. Tapi semenjak hilangnya topi itu, saya akhirnya memberanikan diri untuk menggerai rambut saya.

Segala cara saya coba supaya rambut saya ini nggak begitu megar. Cara yang paling aneh yang pernah saya coba —dan cara ini yang paling lama dipakai— itu saya sehabis keramas pakai conditioner tapi nggak dibilas. Ya, nggak dibilas. Waktu itu belum ada yang namanya leave on atau krim rambut tanpa dibilas. Conditioner yang biasa saya pake itu yang harusnya dibilas setelah dipakai.

Cara itu cukup ampuh untuk meredam megarnya rambut saya. Tapi, makin lama bikin rambut saya nggak nyaman karena gerah dan jadi lengket. Menggelikan memang, tapi apa boleh buat. Waktu itu saya benar-benar berjuang gimana caranya supaya rambut saya nggak megar parah. Sampai kelas 1 SMA, saya masih mempertahankan cara itu sampe akhirnya menemukan leave on rambut yang fungsinya memang bukan untuk dibilas, hahaha.

By the way, waktu SMP juga jadi waktu yang cukup 'keras' bagi saya. Di sini saatnya saya jadi punya banyak julukan baru. Kibo, kriting, kiting, kribo, dan lain-lain. Jadi bahan ledekan? Sudah pasti. Waktu SMA? Wah lebih-lebih. Julukan juga makin nambah:

Undertaker (kalo pernah nonton Smack Down pasti tau)
Puyol (yang doyan bola pasti tau)
Limbad
Hagrid

Hagrid sih yang paling kena, soalnya kalo diliat-liat dulu rambut saya persis banget kayak rambutya Hagrid!

Tapi masa SMA justru jadi masa saya sudah bisa menerima kondisi rambut saya dengan lapang hati. Saya akhirnya bisa mengendalikan amarah saya ketika diledek teman. Saya akhirnya bisa pede dengan bentuk rambut saya yang memang aneh dari yang lainnya.

Makin ke sini, saya makin sadar untuk melakukan perubahan pada rambut saya. Saya butuh potongan rambut baru, karena sejak SMP sampai SMA saya nggak pernah berani untuk potong macem-macem.

Jujur aja, saya takut hasilnya gagal total dan akhirnya makin bikin rambut saya megar. Apalagi kalau ke salon, mayoritas treatment rambut lurus sama rambut keriting selalu disamaratakan, padahal beda banget sebenarnya. Sering banget pas rambut dikeringin malah di-blow (rambut ditarik pakai sisir gulung dan dikeringin sama hair dryer), padahal nggak perlu. Potongan rambutnya pun berpotensi fail besar-besaran karena sewaktu rambut basah kelihatannya fine-fine saja. Nah kalo udah kering? Waduh!

Jelang lulus SMA, saya akhirnya potong rambut tapi sempat gagal karena rambut saya dipapas lagi alias ditipisin -____- Rambut saya udah tipis, eh ditipisin lagi.

Sekarang saya juga makin aware dengan potongan rambut keriting yang sekiranya bisa diterapin di rambut saya. Saya sudah empat kali potong rambut, dan sekarang saya makin nyaman dengan rambut saya. Rambut saya di-layer supaya terlihat lebih rapi dan nggak begitu megar. Sudah lewat masa-masa rambut saya terlihat seperti Hagrid! 

Hairvolution part 1: (1-3) Masih balita sampai SD awal, masih lurus; (4-6) dari SD kelas 6 sampe awal SMA, udah mulai keriting; (7-9) Masa SMA, sudah mulai terbiasa.

Hairvolution part 2: (1-3) Kuliah semester 2-4, udah mulai nyoba potong rambut; (4-6) Masa-masa semester 5-6, udah terbiasa dengan rambut keriting sebahu; (7-9) Foto terakhir rambut panjang Oktober 2014, disambung dengan potongan rambut saat ini.

Kalo bicara soal rambut keriting yang ribet, pertanyaan satu ini pasti muncul: "Kenapa nggak di-rebonding aja?"

Saya sudah amat sering menerima pertanyaan itu. Entah dari saya SMP, saya memang nggak punya pikiran untuk meluruskan rambut saya. Saya juga nggak kebayang kalo rambut saya jadi lurus; sudah tipis, di-rebonding makin aneh kelihatannya. Kalo kata ibu saya, kayak orang abis kecebur got. Saya juga nggak mau ngerusak rambut saya, karena melihat hasil-hasil rebonding orang lain justru rambutnya jadi nggak sehat.

Tapi saya yakin kalo orisinalitas itu nggak akan bisa tergantikan oleh apapun.
Prinsip orisinalitas ini saya pegang sampai sekarang.

Kondisi ini yang akhirnya membedakan saya dari kebanyakan orang. Mungkin orang-orang nggak akan mengenal saya  kalo saya nggak punya rambut seperti ini. Mungkin nggak akan ada yang nyeletuk, "Oh Tiwi yang keriting?" atau saat di jalan atau di suatu tempat ada orang lain tiba-tiba nanya, "Rambutnya asli atau dikeritingin?"

I'd say that I'm so proud of my hair. Saya bersyukur punya rambut seperti ini, karena ini jadi salah satu ciri khas yang saya miliki. Tiap orang pasti punya keunikan tersendiri, dan keunikan yang saya punya itu dari rambut. Memang berat dan capek banget rasanya ketika harus menghadapi berbagai ledekan atau cercaan orang. Apalagi harus menghadapi tatapan orang asing yang rasanya bener-bener bikin saya nggak nyaman. Di lain sisi, saya merasa senang karena hal unik yang saya punya ini jadi berkah tersendiri bagi saya.

Kira-kira begitu sedikit cerita tentang rambut saya.

The point is, just be proud and be grateful of what we have.

Apapun yang kita miliki pasti ada hikmahnya; bisa jadi itu jadi bahan hinaan atau cercaan orang lain, tapi bagi kita itu sebenarnya adalah berkah yang nggak mungkin bisa didapat dari orang lain.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Older Posts

The Writer

The Writer

Categories

travel Trip Experiences thought photography Solo Travel Spain Study

Popular Posts

Instagram

@pspratiwi



Blog Archive

  • ▼  2019 (1)
    • ▼  October 2019 (1)
      • Accidentally Mixing Spanish & English!
  • ►  2018 (8)
    • ►  December 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  May 2018 (1)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (8)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December 2016 (2)
    • ►  July 2016 (1)
    • ►  May 2016 (1)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  January 2016 (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  July 2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  December 2014 (3)
    • ►  October 2014 (1)
  • ►  2013 (5)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  March 2013 (1)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (2)
    • ►  August 2012 (1)
    • ►  May 2012 (4)
    • ►  February 2012 (4)
  • ►  2011 (16)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (1)
    • ►  June 2011 (3)
    • ►  April 2011 (2)
    • ►  March 2011 (2)
  • ►  2010 (4)
    • ►  December 2010 (3)
    • ►  September 2010 (1)
  • ►  2009 (1)
    • ►  December 2009 (1)

Created with by ThemeXpose