• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

Curlnology


Here we go, the second day we stayed in Bali. Day 2 was started with.... nothing. We woke up late so we had to cancel our plan to go to Sanur Beach that morning. Sanur is well-known for sunrise spot, so it must be very amusing if we can see the sun rises there. Well we just moved on and did other plan that we've made. First we had lunch at "Nasi Pedas Bu Andika". This place is pretty popular among tourists. On my previous trip to Bali I have never heard it before, so this was our first visit to that food tenant.

Done with lunch, we went to Motel Mexicola. I browsed about this place on internet and I think this cafe has unique theme. When I heard it for the first time I thought it was a motel, but apparently I was wrong. I wasn't familiar with Mexican food but this first try should be interesting.

The cafe is located at Seminyak. From Kuta to Seminyak actually it wasn't too close, also wasn't too far. I just felt that riding motorcycle in Bali wasn't too tiring like when I was in Bandung or Jakarta. We spent about 15 minutes ride to reach Seminyak, and thankfully it hadn't been too crowded since we arrived still in the afternoon. At first I was confused to find where Motel Mexicola was. I had to find small alley, then finally we made it.


When we were going to enter Motel Mexicola, a waitress welcomed us. She also informed that the minimum order for each person was IDR 100K. Well I didn't know about this when I searched any reviews about this place, but it didn't matter. So both of us chose the bar stalls area to sit. The sofa spots weren't in use because they're available in evening.




The menu was indubitably dominated by Mexican foods. For drinks, I remembered there're lots of mojito, mocktail, beer, and soda. We ordered mocktails first, also a plate of chicken taco for me. I couldn't give any comment about taste since I never tried any Mexican Food before. All I could say, there was a hint of sour from the chicken. The sauce also tasted a bit sour and spicy.

By the way I really like the concept of this place. It was so colorful, all the ornaments and painting were unique. The Mexican vibe was so strong. No wonder many people come here to take photos or just enjoy the surrounding.




After spending 2 to 3 hours at Motel Mexicola, we decided to visit the closest beach from there. The security officer kindly told us there's Petitenget Beach, only 5 minutes by walking. Thanks to him, we could leave our motorcycle for a while to take a look to that beach. When we arrived, it was so crowded. Finally we went back to Motel Mexicola to take our rented motorcycle, then we tried to visit other beach.

Well, we were totally relying on Google. We searched the nearest beach in Seminyak, then we saw Berawa Beach. It wasn't too far from where we were. This beach was not too crowded and of course, we were spending time watching sun set there. Some were strolling around with their pets, some were surfing at the beach.




We stayed at Berawa Beach until the sky was dark enough. The location was easy to reach, FYI. After that, we tried to go to Sindhu Market at Sanur to have dinner. You know, Seminyak to Sanur was far. It was like you rode from west to east; from edge to another edge. It took 45 minutes, but thankfully we didn't meet any traffic jam here.

After the long ride to Sanur and having dinner there, we wanted to go back to hotel. I didn't realize that we were going to run out of gasoline. I forgot to buy it. So, in the middle of Ngurah Rai Bypass (it was pretty close from our hotel!), the motorcycle was suddenly stopped working! Of course we were panic. There's irony here; across the road, there was a gas station!

We were confused at first, how to push our motorcycle to the gas station since the middle road was blocked. We thought we just emptied our mineral water bottle then walked across the road to buy gasoline, but we're too afraid to cross the road because a lot of vehicles passed in a hurry. The road was also quite dark.

Maybe I could say this was a miracle. There was a man with his motorcycle who also ran out of gasoline. That man talked to us, then Petek replied him. They talked in Javanese (too bad I didn't understand), saying that his friends were on the gas stasion to buy him gasoline. Then he kindly called his friend to buy additional gasoline. Too bad, when his friends came, they just bought around 1,5 Liter of gasoline; which meant only for 1 motorcycle.

You know what? He offered his gasoline to us, he said his friend could go back to gas station once more. We were so thrilled, he was very kind to us. Then we paid to that man for the gasoline & added extra money, but he refused it at first! Wow. We forced him since we had to pay it, and finally he accepted it.

We went back to hotel with full of joy, even though we just had an incident. We couldn't imagine if we hadn't met him on our way back to hotel. His kindness really helped us through our difficult situation. For whoever you are sir, respect!

Our trip in Bali was getting more exciting. Tomorrow would be a very very long trip. Where were we going?
Check out the next part of my post!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Saya mau cerita tentang acara jalan-jalan saya Desember silam ke sebuah tempat wisata yang baru dibuka. Lokasinya kalau bisa dibilang masih nyerempet dikit dari Setiabudi tapi udah ke arah Lembang gitu. Namanya Farmhouse Lembang.

Saya penasaran soalnya waktu itu sering banget liat di Instagram. Tempatnya lucu, ibarat kata zaman sekarang mah tempatnya instagramable banget. Karena semakin penasaran dan pengen jalan-jalan juga (mumpung dapet pinjeman motor), akhirnya saya berangkat bareng Petek.

Waktu itu saya berangkat tanggal 22 Desember 2015, hari Selasa. Weekday tuh jatuhnya, ngarep-ngarepnya sih nggak bakal sepadat pas weekend. Sebelum berangkat saya berusaha untuk optimis tempatnya bakal sepi pengunjung. Tapi saya juga baru ngeh kalau itu udah mau akhir tahun dan mendekati libur Natal dan Tahun Baru. Tapi ya namanya udah pengen jalan-jalan, liat situasi di tempat deh.

Di jalan menuju Farmhouse, terbukti kita mulai tersendat di depan kampus UPI. Untungnya bawa motor bisa nyelip, tapi tangan kiri pegelnya ampun-ampunan karena bawa motor Vixion yang notabene pakai kopling. Sempet lewat jalan pintas, akhirnya kita nyampe di deket Farmhouse. Oke, padat banget yang mau ke arah Lembang. Saya sempet sengaja ngelewatin Farmhouse karena jalur untuk masuk ditutupi semacam tali pembatas gitu, karena posisi dari sebelah kiri dan Farmhouse berada di sisi kanan dari arah Setiabudi. Eh pas muter balik, tetiba udah dibuka lagi. Masuklah kami ke dalam area Farmhouse.

Untuk tiket masuk, dikenakan 20 ribu Rupiah per orangnya. Tapi tiket masuk ini bisa ditukar sama susu murni rasa vanilla atau stroberi lho. Lumayan kan sambil jalan-jalan di dalam, saya bisa sembari minum susu murni. Rasanya enak lho yang stroberi.



Areanya ternyata nggak begitu besar. Lalu prediksi saya ternyata salah total. Tempatnya... rame banget. Parah sih ramenya, celah buat jalan aja kecil banget. Oh iya, untuk masuk ke area Farmhouse setelah ambil susu murni, ada flow-nya. Pertama kita bakal ngelewatin lorong yang diarahin ke sebuah rumah besar. Rumah itu isinya berbagai macam pernak-pernik, pakaian, asesoris, dan lainnya bagi yang mau berbelanja. Toko roti juga ada di dalam rumah. 





Setelah itu, kami keluar dan barulah melihat area rumah-rumah bergaya Eropa. The European vibe is so strong in this place.




Pastinya di depan rumah-rumah itu cocok banget buat berfoto. Sepengamatan saya, di sana rumah-rumahnya berisi restoran dan cafe. Ada juga rumah yang jadi tempat sewa baju ala Eropa, lebih tepatnya di lantai 2. Jadi bagi yang mau sewa baju, coba naik ke lantai atas cafe yang tembok bangunannya dari bebatuan.





Setelah itu, di area belakang saya menjumpai sebuah lapangan hijau yang cukup besar. Di sana dipajang beberapa sepeda sebagai properti yang bisa dipakai kalau mau berfoto ria. Nah di spot ini juga oke untuk foto, khususnya dengan latar rumah Eropa dari kejauhan. Asli, kesannya memang nggak seperti di Bandung lho. Nuansa Eropanya juga terasa banget di sini. Selain lapangan, kalau mau duduk-duduk lucu bisa juga menempati bangku taman yang tersedia di sekeliling lapangan.



Nah setelah puas-puasin motret di lapangan ini, saya dan Petek melanjutkan tur mini di Farmhouse. Kami berjalan turun dari lokasi sebelumnya, lalu menemui area small zoo dan miniatur rumah Hobbit. Small zoo ini memelihara kelinci, aneka burung, kuda poni, domba, sampai reptil. Anak-anak pastinya senang kalau dibawa ke sini.




Lalu yang jadi spot favorit para pengunjung adalah miniatur rumah Hobbit. Kelihatannya memang mirip kok, apalagi pintu bulat khasnya. Untuk foto di depan rumah ini, orang-orang sampe ngantri lho.




Setelah puas keliling, saya dan Petek berjalan keluar melewati rumah yang pertama dilewati. Kami baru sadar kalau sebelum rumah itu, ada rumah kecil di sisi kiri yang ternyata jadi jalur menuju taman lainnya. Rumah kecil itu menjual aneka pernak-pernik, khususnya gembok kecil. Nah gembok ini kebanyakan dibeli untuk dipasang di sebuah jembatan nggak jauh dari tempat itu. Bagi para pasangan pastinya gatel pengen beli dan pasang gembok yang sudah diberi nama masing-masing.

Di sana juga cocok untuk foto-foto, namun areanya lebih kecil dan jalannya lebih sempit. Untuk bisa foto-foto di atas jembatan, seenggaknya 2 sampai 3 pengunjung bisa berdiri di sana dan harus bergantian.



So far jalan-jalan di Farmhouse cukup menyenangkan. Berhubung padat dan kecil tempatnya, jadi memang ruang gerak sedikit terbatas kalau lagi ramai. Tapi untuk konsep bisa dibilang oke, karena suasana Eropanya berasa banget. Kalau mau main ke sini, pastinya akan lebih santai kalau datang saat weekday. Farmhouse juga lumayan dekat dari Setiabudi jadi kalau ingin tempat wisata yang nggak begitu jauh, ini bisa jadi solusinya.

So, selamat liburan dan selamat jalan-jalan!
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
A sneak peek to my latest trip...
The whole story is coming soon.


Read the stories here:

Part 1

Part 2

Part 3


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dua hari sebelum saya pergi dan stay di Bandung, saya janjian bertemu dengan tiga kawan dekat saya. Kita rencananya mau menonton sesuatu. Nah, sesuatu nya itu yang bakalan jadi objek buat ngerjain salah satu manusia yang saya sebutkan inisialnya di judul, yaitu MGP. Saya, DM, dan AD udah tau kita bakalan nonton apa. Yang jelas bukan film, tapi band. Nah, pas saya dikasih tau DM kalo dia bilang kalo nama band nya itu film, saya langsung... ngakak.

Ngakak sengakak-ngakaknya. Soalnya, si MGP dengan MUDAHnya percaya dengan DM. Hahaha, saya kalo inget cerita ini bener-bener ngakak. Untuk cerita lebih lanjut dan mendalamnya lagi, boleh cek disini, kebetulan yang nulis adalah korban yang bersangkutan, si MGP. Kalo dibaca dari blog-nya, dia emang terkesan teraniaya. Emang sih, teraniaya oleh keisengan DM, saya, dan AD. Hahaha

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Holla!
Kembali lagi (lagi)... Ya, udah lama banget saya nggak posting apa-apa di blog ini karena liburan semesteran yang panjaaang ini (2 bulan, what do you think?) bikin saya mandek nulis. Atau emang dasarnya aja mager (males gerak), hahaha.

Sebenernya, selama liburan 2 bulan ini saya bingung mau ngapain, saking panjang banget liburannya. Jalan-jalan udah, ngamar di rumah pun juga udah. Tapi, satu minggu dimana saya bisa bertemu dan ngumpul bersama temen-temen SMA angkatan saya lagi!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo Shoot?

Wets, bukan model kali ini yang ngejalanin pemotretan! Bukan para artis yang difoto setiap inci wajah dan badannya tiap hari. Kali ini, photo shoot yang gua maksud adalah photo shoot untuk buku tahunan angkatan 2011 di sekolah!

Pastinya anak kelas 12 sibuk buat persiapan foto buku tahunan, dari tema, kostum, sampai lokasinya! Semuanya juga pengen tampil all out, karena foto-foto yang ada dibuku itu bakalan 'abadi' sampe lo punya anak dan jadi kakek/nenek! Tapi disitu keunikan dari buku tahunan itu sendiri, memajang foto seluruh murid, dari yang bagus sampe foto candid. Nggak hanya itu, dibalik foto itu semua, pasti banyak banget kenangan bareng temen-temen yang udah dirasain selama 3 tahun bersama.

Well, kali ini gua mau cerita tentang pemotretan buku tahunan kelas gua, XII IPS 4. Kelas ter-chaos, ter-rame dan tergila (in my opinion), but I really love this class. Walaupun kelas gua sering jadi inceran guru, ributnya minta ampun, dan anak-anaknya beraneka ragam (ya iyalah), semua hal yang ada dikelas bener-bener bikin ngakak dan.... nggak bakal terlupakan.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

The Writer

The Writer

Categories

travel Trip Experiences thought photography Solo Travel Spain Study

Popular Posts

Instagram

@pspratiwi



Blog Archive

  • ▼  2019 (1)
    • ▼  October 2019 (1)
      • Accidentally Mixing Spanish & English!
  • ►  2018 (8)
    • ►  December 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  May 2018 (1)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (8)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December 2016 (2)
    • ►  July 2016 (1)
    • ►  May 2016 (1)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  January 2016 (2)
  • ►  2015 (10)
    • ►  December 2015 (2)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  July 2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  December 2014 (3)
    • ►  October 2014 (1)
  • ►  2013 (5)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  March 2013 (1)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (2)
    • ►  August 2012 (1)
    • ►  May 2012 (4)
    • ►  February 2012 (4)
  • ►  2011 (16)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (1)
    • ►  June 2011 (3)
    • ►  April 2011 (2)
    • ►  March 2011 (2)
  • ►  2010 (4)
    • ►  December 2010 (3)
    • ►  September 2010 (1)
  • ►  2009 (1)
    • ►  December 2009 (1)

Created with by ThemeXpose