• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram Email

Curlnology

Punya rambut keriting itu berkah sekaligus sebuah tantangan. Nothing beats its uniqueness, tapi rambut keriting itu harus dirawat banget karena kondisi sebenarnya cukup fragile. Ya bisa dilihat kalau rambut saya ini kelihatannya megar, kering, dan tebal. Padahal sebenarnya rambut saya tipis, lho. Megar dan tebal itu hanya efek dari bentuk keriting yang ngembang.

Kebetulan rambut saya jadi keriting semenjak kelas 5 SD sampai sekarang (ceritanya di sini). Zaman SMP, saya nyoba pakai conditioner nggak dibilas (yang seharusnya dibilas, bukan yang leave on). Tapi ending-nya saya nyerah. Saya nggak kuat sama lembabnya si conditioner yang nggak dibilas karena bikin gerah dan lengket. Jadi jangan coba pakai conditioner yang harusnya dibilas malah dibiarin ya. Asli, nggak enak banget rasanya di kepala.

Kemudian ketika duduk di bangku SMA, saya masih belum nemu produk yang cocok untuk menaklukkan rambut saya. Akhirnya saat memasuki zaman kuliah, saya mulai bereksplorasi dengan beragam cara dan bermacam produk demi ngempesin rambut megar.

Intinya saya ingin mencoba membagi cara yang saya gunakan untuk menaklukan rambut keriting yang kusut, megar, dan kering. Sebelumnya saya sempat googling tetapi rata-rata kebanyakan orang luar yang rambutnya keriting itu tipe 4 yang keritingnya udah kecil-kecil banget dan mendekati kribo. Ada juga yang tipe 3 (kebetulan saya tipe 3A), tapi sayangnya produk yang mereka gunakan kebanyakan tidak dijual di Indonesia. Sementara itu dari situs lokal, saya belum menemukan cara yang pas untuk saya coba.


By the way, silakan baca tentang tipe rambut keriting di sini dan di sini kalau belum tahu tipe rambut mana yang dimiliki.

Mungkin akan ada beberapa cara yang mungkin bikin dahi mengerenyit alias terkesan aneh, but somehow it works on me.

Jarang Sisir Rambut
Semakin sering nyisir, rambut makin megar. Rambut keriting kalau disisir malah pecah keritingnya; bentuk asli keriting bakal rusak, rambut jadi nggak menyatu, dan ujung-ujungnya makin berantakan. Makanya saya sisiran kalau mau keramas saja dan setelah keramas untuk merapikan rambut yang kusut.
Selebihnya? Saya nggak sisiran lagi pakai sisir biasa. Kalau rambut mulai kusut, saya biasanya sisir pakai jari. Cara itu akan lebih menjaga bentuk keriting dan meminimalisasi megar. Kalau ada yang malas pakai jari, bisa juga pakai sisir garpu yang giginya jarang-jarang.

Keramas Seminggu Dua Kali
Well bagi yang sangat higienis dan harus keramas tiap hari, mungkin cara ini bisa dilewatkan. Tapi saya merasakan dampak lebih baik pada rambut dari jarang keramas ketimbang frekuensi yang terlalu sering. Berdasarkan beberapa situs yang saya baca, kalau terlalu sering keramas, minyak alami di rambut akan hilang dan itu akan menyebabkan rambut jadi semakin kering. Saya sepakat karena kenyataannya sehabis keramas itu rambut justru lebih kering walaupun rasanya lebih lembut dan ringan.
Kalau memang perlu banget ngebasahin rambut, nggak perlu pakai shampoo-nya. Cukup gunakan conditioner. Ini sering banget saya lakuin, karena rambut keriting itu kuncinya adalah kelembaban. Kalau kering, it's such a disaster. Stok conditioner saya pasti paling cepat habis dibanding shampoo, karena conditioner lah yang lebih penting daripada shampoo; bikin rambut saya lebih halus dan lembab tanpa jadi lebih kering.

Avoid Hair Dryer
Saya kebetulan jarang sekali pakai hair dryer karena bakal memperparah kondisi rambut; jadi kering banget dan tambah megar. Ada pula yang menyarankan pakai difusser, tapi ya itu kan belum tentu punya atau mudah didapat. Jadinya saya memilih cara alami saja, yaitu dibiarkan kering sendiri. Kalau mau lebih cepat, tinggal duduk atau berdiri di depan kipas angin. Cara ini bisa menjaga bentuk asli keritingnya. Bahkan menurut saya, rambut keriting yang baru kering itu bisa dibilang 'curl at its finest'. Bentuknya masih asli, rambut masih berasa ringan banget, dan nggak megar.
Ada lagi cara yang oke untuk ngeringin rambut, yaitu 'dibungkus' pakai kaos. Saya pernah coba saat keramas malam hari; setelah dikeringkan pakai handuk, saya balut rambut pakai kaos. Hasilnya? Ternyata rambut saya jadi lebih terjaga bentuk keritingnya dan nggak berasa kasar. Tips ini saya dapat dari beberapa situs terkait rambut keriting.

Colored Curly Hair = Extra Maintenance!
Dari 2013, saya sudah mulai coba-coba mewarnai rambut. Saya kepengen punya warna rambut ash yang undertone-nya biru, bukan coklat kemerah-merahan (ini saya sebel banget). Apalagi, Agustus 2015 saya mem-bleach rambut bagian dalam sebanyak tiga kali karena ingin saya timpa warna abu-abu atau biru. Alhasil semakin sering saya cat rambut, semakin rusak pula rambut saya.

Kira-kira itu cara yang biasa saya lakukan untuk merawat rambut keriting yang kering dan mudah kusut. Di postingan berikutnya, saya mau menceritakan tentang produk-produk rambut yang biasa saya pakai untuk mengatasi masalah serupa, khususnya rambut keriting yang sudah diwarnai berkali-kali.

Adios and see you on the next post!


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

11 Oktober 2014
Kakunodatemachi Nishinagano, Senboku, Prefektur Akita

Pagi hari, saya bersama teman-teman menyempatkan diri untuk jalan-jalan di sekitar rumah okā-san. Lagi-lagi saya speechless ngeliat suasana di sekitar rumah okā-san; luas banget dan bener-bener asri! Foto di atas terletak di belakang rumah dan di sana hanya ada bukit plus pepohonan yang cukup banyak. Dari sini akan tembus menuju rumah kayu yang berada di atas bukit (rumah kayu yang kami sambangi sore kemarin).

Nah, habis mengelilingi kawasan rumah oka-san, kami diajak jalan-jalan nih sama okā-san. Wah diajak pergi ke mana ya?

Pertama, kami diajak makan sushi! 


Saya pribadi suka banget makan sushi, dan penasaran pengen ngerasain makan di kedai sushi langsung di Jepang, hehehe. Kami berenam lalu dibawa ke sebuah kedai sushi (saya nggak inget persis di mana, tapi kalau nggak salah deket mall-nya Akita deh). Karena tempat duduknya terbatas, kami akhirya terpecah ke dua 'kubu'. Saya duduk bersama okā-san dan Arina. Nah di sini saya mencoba untuk ngobrol sama okā-san.

Saat mau milih menu sushi, saya sempet nanya ke okā-san, "Kore wa nan desuka?" Lalu dibalas dengan kalimat yang saya nggak pahami, hahaha. Tapi untungnya oka-san masih menjelaskan dengan gerak tubuh dan setidaknya saya masih paham dengan maksud okā-san. Sambil ngobrol, sambil makan sushi. Nggak berasa kami bertiga aja udah menghabiskan sekitar 18 piring! Temen-temen lain yang duduk di seberang langsung kaget karena tumpukan piringnya tinggi banget.

Nah di sini saya juga merasakan pengalaman yang berbeda terkait makan di kedai sushi. Di sini, orang Jepang memakan sushi nggak pakai sumpit, tapi langsung pakai tangan. Lalu kalau untuk penggunaan kecap asin, wasabi, dan bubuk cabai harus benar-benar terpakai semua; jangan sampai tersisa. 

Pelayanan di kedai ini juga unik lho. Nggak ada yang namanya waitress di sini; pesan sushi tinggal pilih di layar sentuh yang ada di tiap meja. Kalau sudah memilih, ada opsi apakah mau pakai wasabi di dalam sushi-nya atau nggak. Setelah itu, nunggu pesanan, sushi kemudian datang diantar oleh kereta mini! Nah, ada lagi nih, kalau di Indonesia saya seringnya minum ocha sudah jadi. Kalau di sini, ocha dibuat sendiri oleh konsumen. Bubuk teh hijau (ocha) sudah tersedia, lalu di meja ada keran air panas untuk menyeduh ocha.

Beres makan sushi, kami nggak langsung pulang. Sekarang kami mau berbelanja di swalayan, karena belanja karena malam ini kami berenam akan masak makanan khas Indonesia untuk okā-san dan otō-san!

Belanja sudah selesai, kami kembali ke rumah oka-san. Namun sebelumnya kami mampir ke sebuah toko perkakas yang cukup besar di sana karena okā-san harus membeli titipan otō-san. Setibanya di rumah, kami pun bersantai sejenak sebelum memulai masak. Rencananya, kami akan memasak salah satu makanan yakni sayur sop (Sisanya saya lupa, I'm so sorry!).

Dari sore sampai menjelang malam kami sibuk memasak karena masakan kami akan disajikan untuk makan malam. Semuanya dipersiapkan, dan kami menikmati waktu yang sangat menyenangkan bersama okā-san dan otō-san.

Setelah acara makan malam usai, kami berenam beberes meja makan dan dapur. Lalu saya baru sadar di sana ada CD tape di dekat dapur, dan di dalamnya ada CD The Carpenters.

[Play]

Mengalunlah lagu "(They Long to Be) Close to You", yang sangat berkesan bagi saya. Sambil duduk di kursi goyang, mendengarkan di malam terakhir kami menginap di rumah okā-san dan otō-san...

Why do birds suddenly appear, every time you are near?
Just like me, they long to be close to you.
Why do stars fall down from the sky, every time you walk by?
Just like me, they long to be close to you...



12 Oktober 2014
Kakunodatemachi Nishinagano, Senboku, Prefektur Akita

Pagi kembali tiba, kami harus dihadapi kenyataan bahwa kami akan meninggalkan rumah okā-san dan otō-san. Sebelumnya saya sempat jalan-jalan bersama Cynthia dan Rie ke rumah kayu satu lagi yang berada di depan rumah okā-san dan otō-san (dari posisi saya memotret foto di atas, masih harus naik bukit lagi).

Packing, check! Sarapan, check!

Saatnya berhadapan salah satu momen yang cukup membuat kami sedih: berpisah dengan okā-san, karena ia tidak bisa ikut mengantar kami ke tempat berkumpul seluruh peserta JENESYS. Kami akan pergi bersama otō-san. Tentunya kami nggak lupa untuk berfoto bersama sebelum berangkat.




Saya bersama okā-san dan otō-san serta anjing peliharaan mereka, Hana. Hana lucu banget, untungnya anjing ras Shiba ini nggak galak, hahaha. (PS: saya sebenarnya deg-degan banget deket-deket sama Hana, karena takut banget sama anjing!)

Kami kemudian bergegas menuju lokasi titik kumpul seluruh peserta JENESYS, yakni di Grandeaile Garden. Di sini kami akan makan siang sekaligus menyelenggarakan farewell party dengan seluruh keluarga homestay yang terlibat.

Suasananya sangat ramai, karena sepenglihatan saya setiap peserta sudah sangat dekat dengan keluarga angkatnya. Bahkan ada sesi semua peserta dan keluarga homestay nari bersama diiringi lagu khas Indonesia dan itu bener-bener seru lho! Nggak ketinggalan pula, salah satu keluarga dari Jepang juga memberikan persembahan berupa tarian sebelum acara ditutup.



Nah, ini nih, salah satu momen yang tadinya ceria banget langsung berubah drastis. Saatnya seluruh keluarga angkat berpamitan dan kembali ke rumah. Kebanyakan pada terharu, tapi ada juga yang nggak bisa membendung air matanya. Jujur saya sama temen-temen awalnya berusaha untuk tegar *halah*, eeeh tapi kalo otak sama perasaan lagi nggak sinkron, udah deh reaksi tubuh nggak bisa dibohongin. Mata saya berkaca-kaca sampai nggak sanggup liat otō-san, soalnya otō-san udah mau pulang...

"Arigatou gozaimasu!"

Saya bersama teman-teman membungkukkan badan (sambil menyembunyikan mata yang udah berkaca-kaca, hehe), sangat berterima kasih atas kekeluargaan dan keramahan yang kami dapat bersama otō-san dan oka-san di waktu yang sangat singkat tersebut. Walaupun baru kenal dua hari, tapi rasanya berat banget untuk berpisah dengan mereka. But the program must go on, right?



Semua keluarga homestay sudah pulang, kami pun melanjutkan program yang harus diikuti. Lalu kami akan menginap di Highland Hotel Shunjuan Sanso untuk stay selama semalam sebelum kembali ke Tokyo pagi harinya. Tetapi yang paling penting, di sini kami menggodok project akhir kelompok yang akan dipresentasikan esok hari di Tokyo.

Pastinya project ini harus dipersiapkan dengan matang karena akan dipresentasikan di hadapan para pejabat JICE selaku penyelenggara program ini. Kelompok saya waktu itu akhirnya memutuskan membuat video sekaligus speech yang menjelaskan tentang hasil kegiatan, pengetahuan, dan temuan lainnya yang diperoleh selama beberapa hari sebelumnya.

Proses brainstorming ide dari 25 orang di dalam satu kelompok ini memang nggak gampang. Output project bisa ditentukan dengan mudah, tapi menentukan apa kontennya yang butuh proses panjang. Sebenarnya separuh dari konten sudah dibahas saat masih menginap di Akita, tetapi di sini lah saatnya mematangkan konsepnya.

Usai makan malam sekitar pukul 7, ruang meeting yang sebelumnya kami gunakan ternyata tidak bisa dipakai lagi. Akhirnya kami pindah ke lobby hotel untuk mengerjakan video beserta konten speech-nya. Saya inget banget, kami mengerjakan project ini sampai pukul 2 pagi. Itu sampai lampu lobby dimatiin semua sama stafnya. Akhirnya kami ngerjain sambil gelap-gelapan, mana waktu itu saya yang bikin video-nya; mata rasanya jureng banget ngeliat monitor laptop berjam-jam, plus suasana lobby yang gelap.

Intermezzo: Saya bisa makin banyak ngobrol dengan teman-teman sekelompok sambil mengerjakan project akhir. Sambil cerita, sambil beresin project.

Lalu saat saya istirahat sebentar, iseng-iseng ke luar di depan lobby hotel; d-i-n-g-i-n banget! Kalau nggak salah itu suhunya 8 derajat Celcius. Makin malam memang makin dingin, apalagi Akita lokasinya udah di bumi belahan utara.

Mata sudah lelah, badan pun sudah rentek. Kami yang tersisa akhirnya bisa istirahat setelah project selesai. Bisa dibilang kami hanya punya waktu 4 jam untuk tidur karena pagi-pagi sudah harus bangun untuk bersiap kembali ke Tokyo...


13 Oktober 2014
Tazawako Station, Prefektur Akita

Sekitar pukul delapan pagi, cuaca tampak mendung. Ternyata berdasarkan ramalan cuaca, hari ini cuacanya kurang bagus. Saya mulanya mendengar hanya terjadi di Tokyo, tetapi ternyata Akita juga demikian. Saat kami berada di Stasiun Tazawako untuk menaiki shinkansen menuju Tokyo, anginnya berhembus sangat kencang. Awannya pun sangat gelap. Saya khawatir di Tokyo nanti akan lebih parah...


Setibanya di Stasiun Tokyo, suasana gelap dan mendung sangat mendominasi. Bahkan sudah mulai turun hujan. Saya bersama rombongan lalu berjalan kaki dari stasiun menuju tempat parkir bus untuk menyambangi lokasi berikutnya.

Tokyo Fashion Town Building pun menjadi lokasi kami mempresentasikan project akhir sebelum menyelesaikan program JENESYS 2.0 Mass Media and Broadcasting Batch 4. Arsitektur gedungnya modern sekali. Di sana kami makan siang dahulu sebelum memulai sesi presentasi.

Fyuh, saatnya presentasi! Giliran presentasi ditentukan berdasarkan urutan grup. Saya tergabung dalam grup C, jadi kami akan maju di urutan ketiga. Waktu itu yang mewakili kelompok kami untuk memberikan speech adalah Shella, Billy, dan Firdha. Saya kebetulan menjadi operator untuk menyiapkan video yang sudah dibuat.


Presentasi akhirnya selesai! Acara pun ditutup dengan pemberian sertifikat kepada perwakilan kelompok serta sepatah kata dari perwakilan JICE. Kami tentunya senang bukan main, karena project akhir kami sudah rampung. Tapi tentunya ini menjadi pertanda bagi kami bahwa waktu kami di Tokyo tinggal satu hari lagi.

Saya bersama grup C pun berfoto bersama dengan pendamping grup kami yang sangaaat baik, yaitu Kawanishi-san dan Kajiya-san. Banyak momen seru dan kocak bersama mereka, dan tentunya kami pasti bakal clueless kalau nggak ada bantuan dari mereka.

Sayangnya, setelah sesi ini, Kajiya-san (yang rambutnya pendek, berdiri di tengah) akan berpisah dengan kami karena tugasnya sudah selesai. Selebihnya kami akan didampingi oleh Kawanishi-san yang sudah menemani kami semenjak hari pertama bertemu di hotel.

Usai meninggalkan Tokyo Fashion Town Building, seluruh rombongan mampir ke Daiei Shinurayasu dan MONA Shinurayasu, dengan tujuan makan malam serta membeli kebutuhan yang mungkin diperlukan saat pulang ke Jakarta. Setelah itu kami kembali ke hotel awal kami menginap, yakni Tokyo Emion Bay Hotel. Kami akan menghabiskan satu malam di sana sebelum berangkat ke Bandara Narita besok pagi. 

Too bad, badai melanda Tokyo malam ini, jadinya kami nggak diperbolehkan untuk keluar hotel...



Last Day
14 Oktober 2014
Bandara Internasional Tokyo Narita, Prefektur Chiba

I'm going to miss those moments in Japan. I'm going to miss those places I've visited.
Tokyo, Yokohama, Akita, oka-san, otō-san, Kajiya-san, Kawanishi-san,
everything.

6 sampai 14 Oktober 2014 akan menjadi hari yang sangat saya ingat. Hari-hari saya akhirnya meraih salah satu impian saya untuk menjajakan kaki di Jepang. Tak terhitung berapa banyak pengalaman dan cerita baru yang saya peroleh selama berada di sana. 

I am so grateful. Tanpa perjuangan apapun pasti saya nggak bakal bisa mendapat pencapaian seperti ini. Saya amat berterima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu selama menjalani program ini, mulai dari kampus, orangtua, kawan-kawan di kampus, staf Kemeninfo, panitia JENESYS 2.0, hingga teman-teman baru yang saya temui.

Semoga saya mendapat kesempatan lagi untuk menjelajahi Jepang lebih luas dan lebih mendalam.

Akita & Tokyo, you're always on my mind.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

The Writer

The Writer

Categories

travel Trip Experiences thought photography Solo Travel Spain Study

Popular Posts

  • Se...?
  • Is It Good Enough?
  • Making Itinerary for Your Trip

Instagram

@pspratiwi



Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  October 2019 (1)
  • ►  2018 (8)
    • ►  December 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  May 2018 (1)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (3)
  • ►  2017 (8)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
  • ►  2016 (11)
    • ►  December 2016 (2)
    • ►  July 2016 (1)
    • ►  May 2016 (1)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  January 2016 (2)
  • ▼  2015 (10)
    • ▼  December 2015 (2)
      • Hairvolution: Maintaining My Frizzy Curly Hair
      • JPN Last Part: Akita & Tokyo, Always On My Mind
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  July 2015 (2)
    • ►  June 2015 (1)
  • ►  2014 (4)
    • ►  December 2014 (3)
    • ►  October 2014 (1)
  • ►  2013 (5)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  March 2013 (1)
    • ►  January 2013 (2)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (2)
    • ►  August 2012 (1)
    • ►  May 2012 (4)
    • ►  February 2012 (4)
  • ►  2011 (16)
    • ►  November 2011 (3)
    • ►  October 2011 (1)
    • ►  August 2011 (4)
    • ►  July 2011 (1)
    • ►  June 2011 (3)
    • ►  April 2011 (2)
    • ►  March 2011 (2)
  • ►  2010 (4)
    • ►  December 2010 (3)
    • ►  September 2010 (1)
  • ►  2009 (1)
    • ►  December 2009 (1)

Created with by ThemeXpose