Empat Hari Jelajah SG (Part 3 - End)

by - 7:22 PM


Last but not least! Ini cerita saat malam terakhir stay di Singapura (Trip saya 4 hari 3 malam). Rencananya, di hari ketiga ini pula saya mau mendatangi tempat yang jaraknya berjauhan, makanya di itenerary day 3 lebih sedikit daftar tujuannya. Tapi di hari terakhir ini semua tempat tujuan bisa didatangi meskipun nggak semuanya bisa tereksplor oleh kami.

Day 3
Destinasi pertama yaitu China Town. Di sini ibu pengen jalan nyari oleh-oleh, saya juga pengen lihat China Town kayak gimana suasananya. Tapi sayang banget, saya cuma bisa jalan-jalan sedikit di sini (karena nggak sanggup jalan jauh), jadinya daerah ini nggak sempet keeksplor semuanya. Kami cuma numpang makan siang sama lihat-lihat bentar di pusat perbelanjaan dekat stasiun MRT-nya. Alhasil sedikit banget spot yang bisa saya foto.


Setelah itu, saya dan ibu memutuskan untuk langsung berangkat ke Sentosa Island. Di sana kami hanya ingin jalan-jalan dan lihat wahana yang ada di sana tanpa ke Universal Studio Singapore. Setelah nyambung 1 atau 2 stasiun MRT, tibalah kami di VivoCity Shopping Mall. Tempat ini ibaratnya jadi connector bagi wisatawan yang mau nyeberang ke Sentosa Island. Setahu saya ada beberapa cara untuk ke sana; jalan kaki, naik Cable Car (kayak gondola gitu), naik shuttle bus, taksi, atau naik Sentosa Express (semacam monorail train). 

Saya dan ibu memilih naik Sentosa Express saja. Karena tiket keretanya nggak termasuk tanggungan Singapore Tourist Pass (STP), kami harus beli tiketnya dari loket yang tersedia. Bagi yang punya Ez-Link card bisa masuk pake ini kok. Bermodalkan $8 berdua, kami bisa masuk ke Sentosa Island dan bebas ke mana saja (kecuali untuk atraksi atau wahana tertentu).



Kalau naik Sentosa Express, bakal ada 4 titik pemberhentian: Sentosa Station, Waterfront Station, Imbiah Station, Beach Station. Saya dan ibu mendatangi stasiun paling ujung lebih dulu, yaitu Beach Station. Yap, di sini ibaratnya kayak kompleknya pantai. Di sini tempatnya bagi wisatawan yang mau main air, berenang, main olahraga pantai, atau lainnya. Saya sempet mendatangi beberapa pantai, meskipun nggak pake acara main air atau nyebur di sana. Dari pantainya, saya bisa ngelihat banyak kapal tanker dari kejauhan. Pemandangan yang cukup unik kalo menurut saya.

Karena di sini modal utamanya jalan kaki untuk jelajah semua wahana, pastinya saya yang keder. Sempet istirahat saat jalan-jalan, saya cek kaki saya. Pantesan aja saya selama ini jalannya sakit luar biasa. Di telapak kaki sebelah kanan, di bagian yang keras (di bawah jari), ada lingkaran putih cukup besar di sana. Yak, kapalan. Ini nih biang keroknya. Mungkin karena saya jalan-jalannya pakai sepatu tertutup. Padahal sebelum-sebelumnya nggak pernah kayak gini, lho. Alhasil saya dan ibu keliling kawasan pantai pakai beach tram; enak, tinggal duduk dan lihat-lihat sekitar.

Beres dari kawasan pantai, kami pindah ke tempat berikut: Imbiah Station. Di sini tuh ada patung Merlion yang guedee banget (bahkan Merlion aslinya aja kalah gede), tulisan sentosa island yang unik, dan beberapa wahana berbayar. 



Nggak lama dari kawasan ini, saya dan ibu menuju lokasi terakhir; Waterfront Station. Di sinilah USS berada. Tapi kami di sini cuma lihat-lihat (dan duduk pastinya), sama foto di depan globe USS. Biar afdol aja pernah ke sana walaupun nggak main di dalamnya, hahaha.

Tapi di sini saya sempet nyicip salah satu snack yang dijual, yaitu popcorn Garrett. (As a big fan of popcorn, I should try all the popcorn from everywhere!) Untuk butter popcorn size medium seharga $5 lumayan buat saya, karena isinya ternyata banyak (ini saya makan sepanjang jalan dan baru abis pas di hotel lho). Udah gitu butter-nya itu lho, berasa banget! Lihat aja dari fotonya, kuning banget kan? 


Setelah puas ngubek-ngubek Sentosa Island (well, not really), saya dan ibu sempet lihat-lihat sebentar di VivoCity. Tapi habis itu langsung bergegas menuju destinasi berikutnya: Orchard Road! Lha kok ke sana lagi? Saya kepengen banget nyicip eskrim+roti di sana, hahaha! Rasanya nggak pol banget kalo belum nyobain langsung jajanan paling terkenal di sini. Tapi alasan lainnya sih saya dan ibu mau nangkring sebentar sebelun kami berangkat ke Singapore Flyer.

Kami rencananya mau naik SG Flyer saat malam nanti. Jadi saya bisa lihat nightview-nya SG dari ketinggian, plus hunting foto. Well, sempet was-was juga sih karena di kawasan Orchard Road udah kelihatan mendung. Takutnya di daerah SG Flyer mendung & gelap juga.

By the way... Akhirnya saya dapet eskrim+rotinya! Saya pilih eskrim rasa blueberry dan... enak banget! Mungkin nggak ada bedanya dengan eskrim lainnya ya, tapi saya suka aja sama eskrim yang satu ini, pake roti pula. Untuk eskrim+wafer harganya tetep $1, tapi kalo eskrim+roti sekarang harganya udah jadi $1.20 nih.


Sekitar pukul 5 sore, saya dan ibu berangkat ke SG Flyer. Seperti biasa, kami mengandalkan MRT. Setibanya di stasiun terdekat, kami harus jalan sedikit sampai akhirnya tiba di tempat tujuan. Ternyata pas nyampe di sana, cuacanya cukup cerah. Tapi waktu itu masih terang, jadinya nggak langsung masuk ke arena SG Flyer-nya.

Saya dan ibu duduk-duduk di pinggir sungai, sambil ambil foto dan lihat pemandangan di sekitar. Dari kejauhan saya bisa lihat suasana perkotaan SG yang kental dan bangunan yang ada di Gardens by The Bay. Di tempat yang saya duduki juga nggak jauh dari jalan yang biasa dipake untuk balap F1.



Kalau nggak salah, saya dan ibu masuk ke arena SG Flyer sekitar jam 7 malam. Pokoknya saat itu udah cukup gelap. Prosesnya nggak ribet saat masuk ke sini. Mungkin berhubung saya udah beli tiketnya dari jauh hari, jadinya cukup nunjukkin tiket yang di-print, petugas tinggal scan, dan kami bisa masuk langsung.

Ternyata sebelum masuk ke flyer-nya, kami harus melewati lorong dan 'museum' tentang sejarah dibangunnya atraksi wisata satu ini. Simulatornya keren lho btw, tapi saya nggak sempet foto karena buru-buru pengen masuk ke flyer-nya, hehehe. Terus di sini pengunjung sempet difoto oleh staf di sana dengan latar green screen.

Akhirnya kami tiba di ujung lorong, dan staf di sana membatasi pengunjung yang mengantri. Untuk satu flyer (mungkin ada istilah lain yang lebih tepat?), maksimal diisi oleh 8 orang. Pas banget, nggak lama saya di sana, saya dan ibu disuruh langsung masuk ke flyer yang sudah tersedia. Di dalam, kami bersama 4 anak muda dan 1 couple.



Flyer pun bergerak dengan sangaaaat lambat. Nggak berasa tapi lama-lama makin ke atas (ya iyalah!), mulai ninggalin tempat saya naik semula. Di sini saya mulai panik. Saya phobia ketinggian. Makin tinggi flyer-nya, saya makin diem, gemeteran, dan deg-degan. Saya nggak berani lihat ke bawah sama sekali. Bawaannya kayak mau jatuh aja rasanya. Pas jalan-jalan di dalem aja saya kayak orang yang lewatin pinggir jurang; jalan pelan, minggir terus, dan megangin pinggiran flyer-nya terus.

Tapi makin ke atas, saya makin nggak nyesel udah naik flyer ini. Iya, pas naik saya sempet nyesel karena takut banget sama ketinggiannya. Ternyata makin ke atas, view-nya makin oke!!

Biarkan foto-fotonya yang bercerita, karena saya sendiri pas lihat pemandangannya langsung cuma bisa diem, takjub, dan hening sendiri. Tapi abis itu motretin ibu saya juga sih, hahaha.





Yah bisa nilai sendiri lah view-nya kayak gimana. Kalo saya sendiri sih speechless. Sebagai orang yang doyan ngeliatin citylight atau cityview, pilihan yang satu ini bener-bener nggak mengecewakan. Ini salah satu opsi wisata yang oke bagi yang punya kegemaran serupa. 

Durasi naik flyer ini sekitar 30 menit dari awal masuk sampai turun. Yang pasti, titik the best saat naik flyer adalah ketika flyer yang saya naiki berada di ketinggian tertinggi & pemandangan kota SG kelihatan banget!




Beres naik flyer, saya dan ibu nyempetin jalan di sekitar Helix Bridge. Jembatan ini ternyata makin kece saat malam, karena lampu birunya yang bikin semarak. Di kawasan ini juga lagi cukup rame karena lagi ada pertandingan bola. Ah iya, di sini juga banyak yang suka hunting foto lho, terbukti dari beberapa orang yang nenteng tripod dan kamera ke mana-mana. Kayak foto di atas, itu salah satu view yang bisa didapet.

Ternyata di sini saya juga nemuin pedagang eskrim $1! Walopun udah nyobain sebelumnya, tetep aja saya gatel pengen beli lagi. Saya akhirnya nyicip eskrim rasa chocochip mint. Asli, yang ini juga enak banget.



Last Day: Day 4
Selesailah acara pelesiran saya dan ibu di SG. Karena bawaannya makin berat, kami memilih untuk langsung berangkat ke Changi Airport pukul 11 siang waktu setempat, 1 jam sebelum batas waktu checkout. Tujuannya yaitu biar bisa keliling di sana sekaligus makan siang. Nah, karena STP kami cuma berlaku 3 hari (which is pemakaian terakhir adalah kemaren), jadinya saya dan ibu beli tiket MRT langsung di stasiun. Dari Bugis ke Changi cuma $2.20 per orang.

Kayaknya udah jadi rahasia umum betapa besar dan megahnya Changi Airport. Nggak heran kalo dari pintu masuk MRT ke bandara lalu menuju loket check in pesawat saya itu ujung ke ujung banget, hahaha. Jaraknya emang lumayan, yah kayak La Piazza ke Mall Kelapa Gading 3 (yang tahu dan tinggal di Klp. Gading pasti paham). Bayangin aja, konter check in-nya panjang dan banyak banget.

Sebelum masuk ke ruang keberangkatan, saya ngurus dulu GST refund. Karena sudah di-approve oleh pihak Mustafa Center, saya sudah memegang struk+cap toko bersamaan dengan barcode-nya. Di konter yang ada di Changi, pertama kita tinggal pilih salah satu mesin, lalu ikuti instruksi yang ada. Jangan lupa siapkan paspor dan struk dari tokonya ya. Habis itu bakal dapet struk persetujuannya, jadi nanti di ruang keberangkatan tinggal antri dan tukar struknya dengan nominal uang yang sudah dicantumkan.

Di ruang tunggu keberangkatan, yang gede banget ini, saya dan ibu iseng lihat-lihat beberapa counter. Mulai dari barang dengan brand mahal sampe toko obat yang ada di mall di Jakarta, semua ada di sini. Saya sendiri pernah denger soal adanya sunflower garden di Changi, saya pun iseng ke lantai 3 (ninggalin ibu sendirian, maafkan anakmu ini ya).

Bayangkan, saat itu di SG lagi terik-teriknya, lalu saya keluar dari ruangan yang suhunya dingin. Mentereng banget!



Nggak jauh dari pintu menuju sunflower garden, saya ngeliat ada beberapa ruangan bagi yang mau nonton film, dengerin musik sendirian, nongkrong di kafe, atau main game online. Gile ye fasilitasnya. Itu semuanya free lho (kecuali kafe ya). Termasuk fasilitas yang satu ini, main PS4. Saya nyobain main lah, hahaha.


Karena terpisah dari ibu, saya pun mulai nyariin ibu. Ya bayangkan Changi yang gede banget, terus saya dan ibu saling cari. Mana lagi agak ruwet di sana. Setelah sempet nyerah nyari keberadaan ibu & kaki saya semakin menjadi-jadi sakitnya, saya nemu mesin pijat yang lagi nggak dipake. Udah deh, saya langsung sikat. Sambil ngehubungin ibu via WA, saya diam aja di sana biar lebih gampang ketemunya nanti.

Rasanya gimana? Pokoknya saya lega banget bisa nemu alat ini. Kaki sakit edan selama 4 hari bisa terobati sementara. Sekitar 45 menit kemudian, saya bisa menemukan ibu. Pantesan aja nggak ketemu, saya di dekat ruang keberangkatan pesawat saya, eh ibu ada di ujung tempat kami masuk semula.



Pukul setengah 6 waktu setempat, saya dan ibu bergegas untuk boarding. Pesawat kami berangkat pukul 18.10 waktu setempat dan kami tergolong mepet masuk ke pesawat.

Akhirnya beres sudah cerita saya menjelajahi negeri tetangga. Semoga nggak bosenin dan saya berharap bakal ada cerita jalan-jalan berikutnya. Selamat jalan-jalan dan liburan!

You May Also Like

0 comments