Salah satu masalah utama bagi saya selama tinggal di Jaén adalah bahasa Spanyol. Sebagai non-native speaker, perjuangan untuk belajar bahasa baru tentu nggak gampang, apalagi dalam waktu tergolong singkat. Saya belajar bahasa Spanyol otodidak sejak Februari, lalu ikut les di LBUI Salemba bulan April-Juni, lalu otodidak lagi sampai berangkat ke Spanyol.
Di sini selain kuliah, saya ikut les bahasa Spanyol dengan tingkat yang lumayan jauh dari les pertama; dari A1.1 jadi B1.1. Les ini mulainya sebulan sebelum perkuliahan. Selama jangka waktu itu saya berusaha banget nambah kosakata, banyak ngobrol, banyak mendengarkan. Kenapa? Saya harus ngejer tingkat B1 karena itulah level minimum agar saya bisa mengikuti kegiatan perkuliahan dengan baik.
Jelang Oktober akhir, perkuliahan pun dimulai. Hari pertama pertemuan di kelas, rasanya mau nangis. Gila, saya nggak ngerti sedikitpun apa yang dibicarakan dosen. Mau belajar gimanapun sebelumnya, ternyata saya masih kaget dengan aksen dan vocabulary yang rumit. Saya juga sempet ditanya sama temen sekelas, saya nggak ngerti, minta ulang ngomong apa sampe 3 kali, sampe akhirnya temen saya nggak jadi nanya. Huwaaa
Bagi saya, aksen itu ngaruh banget ke pemahaman bahasa. Apalagi di wilayah Andalusia, aksennya punya ciri khas tersendiri. Saya yakin ini sebenernya nggak mencakup semua orang, tapi ini berdasarkan pengalaman ngobrol dan dengerin aksen mereka.
Selain ngomongnya yang ngebut abis, ciri khas lain dari aksen Andalusia adalah.... Come letra alias makan huruf!
Di setiap kalimat, huruf "S" bisa dibilang hilang saat mendengarkan mayoritas teman dan dosen asli Andalusia bicara. Bikin rancu? Banget! Saya sering gagal paham dan miskomunikasi gara-gara aksen ini. Saya sempet baca di artikel kalo aksen Andalusia juga menghilangkan huruf D, tapi so far saya masih bisa notice huruf D; terdengar cukup halus.
Beberapa contoh dari kata/frase ke bentuk wicara dalam aksen Andalusia:
- Buenas noches jadi "buena noche" (good night)
- Entonces jadi "entonce" (then)
- Mas o menos jadi "ma o meno" (more or less)
- Adiós jadi "adió" (goodbye)
- Lo mismo jadi "lo mi-mo" (the same)
- Es jadi "e" (bentukan ser, to be)
- Vamos jadi "vamo" (let's go)
- Dos jadi "do" (two)
- Estudiante jadi "e-tudiante" (student)
- Andaluz jadi "andalu"
- España jadi "E-paña"
- Gracias jadi "gracia"
- Corte Ingles jadi "Corte Ingle" (department store besar di Spanyol)
- ¿Me entiendes? jadi "me entiende?" ("You understand me?" to informal singular person)
- Tú sabés jadi "tú sabe" (you know)
- ¿Qué haces? jadi "¿qué hace?" (what are you doing?)
- ¡Escúchame! jadi "cúchame!" (listen to me!)
- Conozco jadi "cono-co" (I meet)
"Maomeno? Hah?? Lo mimo? Apaan dah itu??" Eehh ternyata, hahahaha.
Oh iya, di sini spelling huruf J (jota) terdengar beda dari aksen lainnya. Kalo di regional lain (mungkin) kedengarannya kayak nyebut huruf H, di sini kedengerannya "kh" kaya mau buang dahak.
Untungnya, perlahan pemahaman saya makin membaik. Saya mulai terbiasa mendengarkan aksen dan dialek dosen serta teman-teman saya di sini. Tentunya masih struggling di kelas, tapi saya bisa paham lebih baik dari sebelumnya secara keseluruhan. Bahkan saya sekarang jadi kebawa ngomong pake aksen Andalusia, huruf S di bagian akhir sering ilang, (huruf S lenyap di tengah kata belom, belom sampe level itu), hahaha.
Next time semoga ada kesempatan untuk cerita soal beberapa lokasi oke di Jaén dan Madrid, karena sempet jalan-jalan sebelum kuliah.
See you on another post!
¡Adiós!